KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen negatif yang membayangi industri rokok membuat saham PT Gudang Garam Tbk (
GGRM) masih berada di zona merah. Dalam seminggu terakhir sampai dengan Kamis (22/9), harga GGRM terkoreksi 5,06% ke level Rp 22.500 per saham dan merosot 26,47% sejak awal tahun. Analis Ciptadana Sekuritas Putu Chantika Putri mengubah rekomendasinya terhadap GGRM dari
buy menjadi
sell. Target harga untuk GGRM juga diturunkan dari Rp 34.500 per saham menjadi Rp 21.800 per saham. Perempuan yang akrab disapa Chika ini menjelaskan, perubahan rekomendasi dan target harga ini disebabkan oleh kinerja GGRM yang mengecewakan pada kuartal kedua 2022. Pada periode tersebut, GGRM mencatatkan rugi bersih Rp 121 miliar, berkebalikan dengan kuartal pertama 2022 yang masih membukukan laba bersih Rp 1,07 triliun.
Alhasil, laba bersih sepanjang semester pertama 2022 turun 59,4% secara tahunan atau
year on year (YoY) menjadi Rp 956 miliar. "Angka laba bersih ini jauh di bawah ekspektasi, terhitung hanya 17% dari proyeksi laba bersih Ciptadana Sekuritas untuk sepanjang tahun 2022," kata Chika saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (22/9).
Baca Juga: Gudang Garam (GGRM): Kami Mengharapkan Profit dari Bandara Kediri Tekanan pada
bottom line ini sejalan dengan kenaikan cukai, PPN, dan pajak rokok GGRM yang sebesar 42,3% secara kuartalan pada kuartal kedua 2022. Porsi ketiganya terhadap beban pokok penjualan GGRM tergolong besar, yakni mencapai 92%. Penambahan beban lainnya juga berasal dari beban gaji yang lebih tinggi 75,9% secara kuartalan menjadi Rp 487 miliar sejalan dengan adanya pembayaran tunjangan Lebaran. Laba bersih juga semakin terhimpit oleh pendapatan lain-lain yang lebih rendah, yakni Rp 40 miliar di kuartal kedua 2022 dibanding Rp 94 miliar pada kuartal pertama 2022. "Kami juga meyakini, ketidakmampuan GGRM untuk menyesuaikan harga sejalan dengan cukai yang lebih tinggi adalah penyebab utama tekanan pada margin kotor," ucap Chika.
Baca Juga: Proyek Bandara Kediri, Gudang Garam: Tak Ada Kaitannya dengan Kondisi Industri Rokok Pada kuartal kedua 2022, GGRM membukukan pendapatan Rp 32,4 triliun sehingga pendapatannya pada semester pertama 2022 mencapai Rp 61,6 triliun atau naik 1,8% YoY. Jumlah ini setara 45% dari proyeksi pendapatan Ciptadana Sekuritas untuk sepanjang tahun 2022. Meskipun begitu, Chika memperkirakan, margin GGRM akan pulih di kuartal ketiga 2022 meskipun tidak setinggi kuartal pertama 2022. Mengingat, GGRM telah meningkatkan harga jual eceran SKM FF (GG International dan GG Surya) rata-rata 6%-7% YtD dan SKM LTLN rata-rata 4% YtD. Dalam riset tanggal 19 September 2022, Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto juga mempertahankan rekomendasi
sell GGRM dengan target harga Rp 20.500 per saham.
Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) Mencoba Bertahan di Tengah Kenaikan Cukai Rokok Mengutip pernyataan manajemen GGRM, Natalia menyampaikan bahwa daya beli masyarakat belum pulih meski pembatasan kegiatan masyarakat telah dilonggarkan. Buktinya, pada semester 1 2022, volume penjualan GGRM turun sebesar 8,1% YoY menjadi 41,9 miliar batang seiring dengan berlanjutnya
downtrading. Untuk ke depannya, Natalia melihat kemungkinan besar bahwa cukai rokok akan naik dua digit pada tahun 2023 dengan kenaikan 11,3% untuk SKM. "Hal ini diyakini akan menjadi hambatan bagi GGRM karena penjualannya didominasi oleh produk SKM," kata Natalia. Peraturan Menteri Keuangan terkait tarif cukai 2023 belum dirilis. Akan tetapi, sebelumnya, otoritas fiskal menyatakan bahwa angka dasar penyesuaian tarif cukai tahun 2023 berkisar 8,7%-9,7%, mengingat asumsi inflasi 3,5%-4,5% dan pertumbuhan ekonomi 5,2%.
Baca Juga: Di Tengah Gempuran Cukai Rokok, Simak Rekomendasi Saham HMSP dan GGRM Sementara itu, mengutip riset tanggal 3 Agustus 2022, Analis UOB Kay Hian Sekuritas Stevanus Juanda merekomendasikan
hold GGRM dengan target harga Rp 26.000 per saham. Sebelumnya, Stevanus merekomendasikan
buy GGRM dengan target harga Rp 42.000 per saham.
Penurunan rekomendasi dan target harga ini disebabkan oleh rugi bersih yang dicatatkan GGRM pada kuartal kedua 2022. Menurut Stevanus, ini merupakan rugi bersih secara kuartalan pertama sejak kuartal I-2013. "Ini adalah kinerja yang sangat mengecewakan karena
HMSP berhasil mencatatkan laba di kuartal kedua 2022. GGRM tidak dapat melewati kenaikan cukai karena kenaikan penjualan lebih kecil dari kenaikan pajak cukai," ungkap Stevanus. Alhasil, UOB Kay Hian Sekuritas pun merevisi proyeksi pendapatan dan laba bersih GGRM untuk tahun 2022 masing-masing sebesar 7,3% dan 78,4%. Proyeksi pendapatan turun dari Rp 141,48 triliun menjadi Rp 131,17 triliun dan proyeksi laba bersih turun dari Rp 9,48 triliun menjadi Rp 2,04 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati