BERLIN/SINGAPURA. Saat negosiator iklim United Nations (UN) akan bertemu minggu depan di Meksiko dan mendebatkan perlindungan hutan tropis, Golden Agri-Resources Ltd. dan kompetitor lainnya di Asia Tenggara akan mencermatinya. Kebijakan UN untuk membatasi pembersihan lahan hutan untuk pembiakan kelapa sawit akan menekan suplai minyak sawit di pasar global dan akan berdampak terhadap meningkatnya harga. Hal ini ditegaskan oleh Dorab Mistry, Director at oil trader Godrej International Ltd. "Tidak ada yang menggagas bahwa kebijakan ini justru membikin harga jadi bullish," kata Mistry yang sudah menyelami industri ini selama lebih dari 30 tahun. Menurutnya, suplai minyak sawit di pasar global gagal memenuhi permintaan dalam tiga tahun terakhir ini. Harga minyak sawit telah meningkat ke level yang paling tinggi dalam dua tahun ini seiring dengan makin banyaknya konsumen maupun perusahaan yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku deterjen, minyak goreng, kosmetik dan biodisel. Booming industri sawit ini telah merusak hutan lantaran pengembang berupaya untuk melakukan ekspansi penanaman dengan tinggi pohon mencapai 20 meter. Lebih dari 80% suplai minyak sawit datang dari Malaysia dan Indonesia. Lantaran hutan kemudian menggudangkan karbon dioksida lebih banyak yang lainnya, negosiator UN mennegaskan bahwa menjaga hutan tropis adalah usaha yang penting dilakukan secara global untuk membatasi greenhouse gas yang dibikin oleh manusia. Di Asia, perusahaan yang memproduksi minyak sawit diantaranya Wilmar International Ltd., PT Astra Agro Lestari di Indonesia, Golden Agri di Singapura, dan Sime Darby Bhd. di Malaysia. Menurut UN Framework Convention on Climate Change, hutan di seluruh dunia kini memuat sekitar 638 gigaton karbon, lebih besar dari karbon yang ada di lapisan atmosfer bumi. Satu gigaton setara dengan 1miliar ton. Tak kurang dari 194 negara akan bertemu di Cancun, Meksiko pada 10 Desember 2010 mendatang. Harga akan naik
Industri sawit akan cermati pertemuan Cancun
BERLIN/SINGAPURA. Saat negosiator iklim United Nations (UN) akan bertemu minggu depan di Meksiko dan mendebatkan perlindungan hutan tropis, Golden Agri-Resources Ltd. dan kompetitor lainnya di Asia Tenggara akan mencermatinya. Kebijakan UN untuk membatasi pembersihan lahan hutan untuk pembiakan kelapa sawit akan menekan suplai minyak sawit di pasar global dan akan berdampak terhadap meningkatnya harga. Hal ini ditegaskan oleh Dorab Mistry, Director at oil trader Godrej International Ltd. "Tidak ada yang menggagas bahwa kebijakan ini justru membikin harga jadi bullish," kata Mistry yang sudah menyelami industri ini selama lebih dari 30 tahun. Menurutnya, suplai minyak sawit di pasar global gagal memenuhi permintaan dalam tiga tahun terakhir ini. Harga minyak sawit telah meningkat ke level yang paling tinggi dalam dua tahun ini seiring dengan makin banyaknya konsumen maupun perusahaan yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku deterjen, minyak goreng, kosmetik dan biodisel. Booming industri sawit ini telah merusak hutan lantaran pengembang berupaya untuk melakukan ekspansi penanaman dengan tinggi pohon mencapai 20 meter. Lebih dari 80% suplai minyak sawit datang dari Malaysia dan Indonesia. Lantaran hutan kemudian menggudangkan karbon dioksida lebih banyak yang lainnya, negosiator UN mennegaskan bahwa menjaga hutan tropis adalah usaha yang penting dilakukan secara global untuk membatasi greenhouse gas yang dibikin oleh manusia. Di Asia, perusahaan yang memproduksi minyak sawit diantaranya Wilmar International Ltd., PT Astra Agro Lestari di Indonesia, Golden Agri di Singapura, dan Sime Darby Bhd. di Malaysia. Menurut UN Framework Convention on Climate Change, hutan di seluruh dunia kini memuat sekitar 638 gigaton karbon, lebih besar dari karbon yang ada di lapisan atmosfer bumi. Satu gigaton setara dengan 1miliar ton. Tak kurang dari 194 negara akan bertemu di Cancun, Meksiko pada 10 Desember 2010 mendatang. Harga akan naik