JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump selama ini dikenal tidak percaya pada isu perubahan iklim (climate change). Isu ini kerap dijadikan senjata untuk menyerang produk crude palm oil (CPO) karena dinilai tidak ramah lingkungan. Tak heran, di negara-negara barat marak yang menerapkan syarat produk CPO harus ramah lingkungan. Bahkan, mereka mempertanyakan dan menelusuri asal usul produk CPO sampai ke kebun milik petani atau perusahan sawit. Namun, kehadiran Trump yang tidak percaya terhadap isu perubahan iklim, justru memberikan peluang bagi produk CPO untuk berkembang karena tidak perlu lagi harus menelusuri asal usul sawit seperti yang dipersyaratkan selama ini. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan, ini peluang bagi sawit untuk terus mengenjot produksi. "Trump kan tidak percaya climate change, maka ini peluang juga bagi sawit tidak dihitung lagi life cycle analysis nya," ujarnya, Senin (23/1).
Industri sawit menaruh harapan pada Trump
JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump selama ini dikenal tidak percaya pada isu perubahan iklim (climate change). Isu ini kerap dijadikan senjata untuk menyerang produk crude palm oil (CPO) karena dinilai tidak ramah lingkungan. Tak heran, di negara-negara barat marak yang menerapkan syarat produk CPO harus ramah lingkungan. Bahkan, mereka mempertanyakan dan menelusuri asal usul produk CPO sampai ke kebun milik petani atau perusahan sawit. Namun, kehadiran Trump yang tidak percaya terhadap isu perubahan iklim, justru memberikan peluang bagi produk CPO untuk berkembang karena tidak perlu lagi harus menelusuri asal usul sawit seperti yang dipersyaratkan selama ini. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan, ini peluang bagi sawit untuk terus mengenjot produksi. "Trump kan tidak percaya climate change, maka ini peluang juga bagi sawit tidak dihitung lagi life cycle analysis nya," ujarnya, Senin (23/1).