Industri tahu tempe tetap impor kedelai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang yang dipicu kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS) membuat pengusaha dalam negeri ketar-ketir. Apalagi, aksi AS tersebut akan dibalas oleh sejumlah negara lain, seperti Indonesia.

Salah satu wacana yang mencuat adalah penutupan impor kedelai dan gandum asal AS. Keinginan itu telah diungkapkan Wakil Presiden Jusuf Kalla, pekan lalu.

Rencananya penutupan impor kedelai dilakukan bertahap hingga 2020, sehingga tahun ini dan tahun depan menjadi masa transisi mengurangi ketergantungan impor. Namun, upaya ini sepertinya sulit terlaksana. Apalagi jika melihat tren impor dalam dua bulan pertama di tahun ini.


Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yus'an mengatakan, hingga Maret 2018 ini, volume impor kedelai masih stabil seperti tahun sebelumnya yakni 400.000–450.000 ton. "Pada dasarnya impor tetap karena kebutuhan relatif sama," ujar Yusan kepada KONTAN, Sabtu (10/3).

Menurut Yus'an, secara tahunan, impor kedelai selalu meningkat sekitar 3%. Peningkatan ini dipicu peningkatan kebutuhan, khususnya untuk bahan baku tahu dan tempe. Sebagai gambaran, pada 2016 jumlah impor kedelai mencapai 2,26 juta ton. Sedangkan pada 2017, data hingga Oktober 2017 sudah mencapai 2,34 juta ton.

Dengan data itu terlihat, alasan bahwa mulai tahun ini ada peningkatan produksi kedelai dalam negeri belum terbukti. Yus'an bilang, bila benar-benar ada peningkatan produksi kedelai lokal, maka importasi kedelai akan turun secara alamiah.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, sampai saat ini, impor kedelai masih terus dibutuhkan perajin tahu dan tempe. "Data panen kedelai lokal masih simpang siur, belum bisa diambil suatu keputusan, sehingga kami akan terus melakukan impor kedelai," ujarnya.

Dia bilang, setiap tahun kebutuhan kedelai nasional sekitar 2,7 juta ton. Sedangkan pada tahun lalu produksi kedelai lokal hanya sekitar 700.000 ton. Dengan begitu, masih dibutuhkan impor kedelai mencapai sekitar 2 juta ton setiap tahun. Apalagi produksi kedelai tidak akan meningkat secara signifikan dalam jangka pendek.

Sebab, program penambahan lahan kedelai oleh pemerintah belum berjalan sesuai dengan perencanaan. "Saya tidak percaya, swasembada kedelai 2020 bisa dicapai. Sulit untuk mencapai hal tersebut," kata Aip sangsi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia