Industri tekstil bersinar dibawah ancaman krisis global



JAKARTA. Asosiasi Pertekstilan Indonesia memperkirakan ekspor pakaian dari Indonesia akan tetap positif walaupun ada ancaman dari krisis global. Hal tersebut disampaikan oleh Ade Sudrajat, Ketua API dalam perbincangannya dengan KONTAN (2/1).Ade menjelaskan, Indonesia termasuk dari lima negara yang tidak mengalami penurunan ekspor pakaian selain Vietnam, Kamboja, Bangladesh dan juga India. Kenaikan kinerja ekspor pakaian Indoensia terjadi karena pakaian dari Nunsatra memiliki daya saing lebih baik dari negara lainnya.Ade bilang, dengan berbagai keunggulan, pakaian dari Indonesia tetap menjadi pilihan bagi warga dari AS dan Eropa. "Tahun 2012, tujuan pasar pakaian kami tetap untuk negara itu, tapi tentu saja kami harus waspada dengan krisis global," terang Ade.Hal senada juga disampaikan oleh Ernovian G Ismy, Sekretaris Jenderal API. Ia menyebutkan, waluapun saat ini pasar ekspor pakaian Indonesia belum banyak terpengaruh krisis global, namun ia berharap semua pihak bisa mewaspadai terjadinya perlambatan pertumbuhan ekspor. Ia memperkirakan, krisis global beropetensi memperlambat pertumbuhan ekspor pakaian dari Indonesia. "Target semula ekspor kesana naik 20%, tapi mungkin terelealisasi hanya 10% sampai 15% saja," kata Ernovian. Karena itu, ia menghimbau agar pemerintah mewaspadai gejala krisis ekonomi Eropa dan AS. Ia meminta pemerintah menghentikan kebijakan yang akan menghambat kinerja ekspor terutama untuk pakaian. Selain itu, ia juga ingin ada penerapan tarif pelabuhan lebih rendah dan mempermudah pasokan energi ke pabrik mereka. "Pemerintah harus memberikan dorongan, agar kinerja ekspor lebih baik dimasa yang akan datang," pungkasnya.Dalam hitungan dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor ekspor pakaian jadi bulan November mencapai US$ 296,9 juta, atau naik sebesar 5,47% dibandingkan dengan bulan Oktober 2011 yang hanya mencapai US$ 281,5 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Asnil Amri