KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis tekstil dan produk tekstil (TPT) tengah menghadapi masa yang berat saat ini. Salah satu buktinya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dialami oleh pabrik tekstil Kahatex di Sumedang, Jawa Barat sebanyak 900 orang. "Sebetulnya pasca Covid-19, bisnis tekstil sudah membaik dan kembali normal. Namun mulai di kuartal III 2022 ini bisnisnya drop sangat banyak," kata Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada Kontan.co.id, Jumat (21/10). Ia menyebut, setidaknya perusahaan tesktil sudah kehilangan sekitar 10% dari tenaga kerjanya hingga kuartal III 2022. Berdasarkan data selama pandemi hingga resesi saat ini, Redma mencatat permintaan garmen sudah menurun sebesar 80%. Angka ini sangat tinggi dan mengkhawatirkan terhadap masa depan industri garmen tekstil di Indonesia.
Industri Tekstil dan Garmen Melemah, APSyFI Minta Pemerintah Turun Tangan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis tekstil dan produk tekstil (TPT) tengah menghadapi masa yang berat saat ini. Salah satu buktinya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dialami oleh pabrik tekstil Kahatex di Sumedang, Jawa Barat sebanyak 900 orang. "Sebetulnya pasca Covid-19, bisnis tekstil sudah membaik dan kembali normal. Namun mulai di kuartal III 2022 ini bisnisnya drop sangat banyak," kata Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada Kontan.co.id, Jumat (21/10). Ia menyebut, setidaknya perusahaan tesktil sudah kehilangan sekitar 10% dari tenaga kerjanya hingga kuartal III 2022. Berdasarkan data selama pandemi hingga resesi saat ini, Redma mencatat permintaan garmen sudah menurun sebesar 80%. Angka ini sangat tinggi dan mengkhawatirkan terhadap masa depan industri garmen tekstil di Indonesia.