KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Produsen Serat dan Benang dan Filament Indonesia (APSyFI) memproyeksi bahwa kondisi bisnis di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tahun 2025 masih akan terpuruk jika Pemerintah tidak mengambil keputusan tepat. Ketua Umum APSyFI Redma Gita Wiraswasta menjelaskan bahwa pelemahan industri TPT sebenarnya telah dirasakan sejak kuartal III 2022 yang berujung pemutusan hubungan kerja (PHK) di tahun 2023. Redma mengatakan, Pemerintah sudah menyadari pelemahan ini, namun tidak kunjung mengambil keputusan yang melindungi industri ini. "Proyeksi bisnis tahun 2025 sangat tergantung dari tindakan Pemerintah. Pemerintah sudah aware dengan kelesuan industri TPT namun tetap tidak mau selesaikan masalah dan berputar mencari alasan. Pada 2024, banyak pabrik sudah menutup kerjanya dan PHK terjadi di mana-mana," ujar Redma kepada Kontan, Selasa (31/12).
Industri Tekstil Diproyeksi Masih Terpuruk pada 2025 Jika Pemerintah Tak Lakukan Ini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Produsen Serat dan Benang dan Filament Indonesia (APSyFI) memproyeksi bahwa kondisi bisnis di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tahun 2025 masih akan terpuruk jika Pemerintah tidak mengambil keputusan tepat. Ketua Umum APSyFI Redma Gita Wiraswasta menjelaskan bahwa pelemahan industri TPT sebenarnya telah dirasakan sejak kuartal III 2022 yang berujung pemutusan hubungan kerja (PHK) di tahun 2023. Redma mengatakan, Pemerintah sudah menyadari pelemahan ini, namun tidak kunjung mengambil keputusan yang melindungi industri ini. "Proyeksi bisnis tahun 2025 sangat tergantung dari tindakan Pemerintah. Pemerintah sudah aware dengan kelesuan industri TPT namun tetap tidak mau selesaikan masalah dan berputar mencari alasan. Pada 2024, banyak pabrik sudah menutup kerjanya dan PHK terjadi di mana-mana," ujar Redma kepada Kontan, Selasa (31/12).
TAG: