KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri terigu dan produk berbahan terigu diyakini tumbuh lebih stabil dari industri makanan dan minuman. Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan, perkembangan industri makanan dan minuman sangat ditentukan oleh perkembangan industri minyak sawit. Pasalnya, hampir separuh dari nilai tambah industri makanan dan minuman berasal dari industri minyak nabati dan hewani (yang di dalamnya termasuk industri minyak sawit). Dia menuturkan, perkembangan industri makanan dan minuman tidak dapat menggambarkan perkembangan industri berbasis terigu, yakni industri tepung terigu dan industri berbahan baku terigu.
"Industri terigu dan produk berbahan baku terigu diyakini tumbuh lebih stabil dari industri makanan dan minuman," kata Ratna kepada Kontan.co.id, Rabu (7/20).
Baca Juga: Jelang Ramadan, Sejumlah Harga Beras, Bawang hingga Cabai Turun Di tahun ini, kata Ratna, permintaan agregat tumbuh stabil sehingga menjamin stabilitas pertumbuhan permintaan konsumen termasuk permintaan terhadap terigu dan produk berbahan baku terigu. Menurut dia, perhelatan Pemilu diyakini mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga. Walaupun dampaknya tidak terlalu besar, peningkatan permintaan dapat memperkuat permintaan terhadap produk berbahan baku terigu Adapun, permintaan ekspor diperkirakan melemah di tahun ini. Tetapi ekspor pasta diperkirakan masih akan tumbuh pesat sehingga ekspor terigu dan produk berbahan baku terigu secara keseluruhan tetap tumbuh.
Baca Juga: Cerestar Indonesia (TRGU) Amankan Pasokan Gandum Jelang Ramadan Emiten produsen tepung olahan gandum, PT Cerestar Indonesia Tbk (
TRGU) berharap kinerja akan tumbuh di tahun ini meski industri tepung terigu menghadapi sejumlah tantangan. Chief Financial Officer (CFO) Cerestar Indonesia Mulyadi Chandra berharap
revenue akan tetap tumbuh tahun ini. Peningkatan harga jual dapat meningkatkan margin. "Walaupun saat ini masih terdapat ketidakpastian baik dari lingkungan global maupun regional kita," kata Mulyadi kepada Kontan.co.id, Selasa (6/2). Dia menjelaskan, potensi pasar di industri tepung terigu dan bahan pakan ternak menciptakan sebuah
landscape menarik bagi TRGU. Konsumsi tepung terigu per kapita di Indonesia masih jauh lebih kecil dari negara-negara tetangga, padahal populasi Indonesia merupakan terbesar keempat di dunia. "Dapat dibayangkan potensi ke depannya yang begitu besar. Dapat dipastikan bahwa kebutuhan akan terus meningkat," ujar Mulyadi.
Baca Juga: Afirmasi Rating Baa3, Moody's Melirik Prospek Positif pada Indofood CBP (ICBP) Meskipun potensinya besar, ada beberapa aspek yang perlu diwaspadai seperti fluktuasi nilai tukar dolar AS serta terjadinya berbagai masalah dalam logistik global yang dapat mempengaruhi rantai pasokan. Beberapa faktor tersebut sangat mempengaruhi harga komoditas global, yang akan berefek kepada harga bahan baku dan harga jual. "Tetapi, semua kekhawatiran tersebut merupakan variabel-variabel di luar kemampuan kami. Kami terus memperhatikan kondisi-kondisi tersebut dan melakukan beberapa strategi untuk memitigasi risiko dalam mengamankan bahan baku," tutur Mulyadi.
Mulyadi menambahkan, TRGU telah melalui banyak kondisi yang kurang baik tetapi tetap bertahan malahan bertumbuh. Dengan strategi baru memasuki pasar bahan pakan ternak sejak akhir 2022, TRGU memproyeksikan pertumbuhan yang lebih pesat lagi. Menurut dia, konsumsi ternak berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan konsumsi tepung terigu. Dapat dibayangkan berapa besar populasi ternak yang menjadi konsumsi sehari-hari, seperti ayam, ikan dan lain-lain. "Tahun ini, TRGU akan meningkatkan volume penjualan dengan telah beroperasinya secara
full processing & packing facility di Cilegon sejak kuartal ketiga 2023," pungkas Mulyadi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati