Industri TPT Diperkirakan Masih Lesu Hingga Tahun 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri tekstil tahun ini menghadapi sejumlah kendala yang berdampak pada kinerja pelaku usaha. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan kinerja industri tekstil produk tekstil (TPT) buruk.

Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan, utilisasi di akhir tahun ini berada di bawah 50%.

"Ini dampak dari pelemahan global sehingga pemain global dunia seperti China mencoba menjual kelebihan pasokannya dengan sangat agresif," kata Jemmy kepada Kontan.co.id, Rabu (27/12).


Baca Juga: Investasi Sektor Industri Tekstil Tahun Depan Diprediksi Turun

Jemmy menerangkan, tahun depan menjadi tahun industri TPT untuk tetap bertahan. Pasalnya, para ekonom memprediksi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga di kuartal II/III-2024.

"Ekonomi dunia sepertinya baru akan menggeliat di tahun 2025," ujar Jemmy.

Sementara itu, Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) memproyeksikan kinerja industri manufaktur dan TPT tumbuh negatif lebih dari 1,5%. 

Ketua Umum APSyFI Redma Gita Wirawasta mengatakan, industri industri TPT mengalami perlambatan sejak kuartal III-2022 hingga tumbuh negatif di tahun ini. 

Ia menjelaskan, kondisi ekonomi global menjadi hambatan ekspor dan tingginya stok China menyebabkan barang impor legal dan ilegal membanjiri pasar domestik. Selain itu, utilisasi dari hulu ke hilir turun diikuti oleh rasionalisasi karyawan di kuartal IV-2024 utilisasi sebesar 45%.

"Tren pertumbuhan sepanjang tahun ini terus negatif, ekspor juga turun 13% year on year (YoY)," kata Redma saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (26/12).

Baca Juga: Hadapi Sejumlah Kendala, APSyFI Sebut Kinerja Industri Manufaktur dan TPT Turun 1,5%

Redma menerangkan, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB terus turun. Pertumbuhan industri pengolahan selalu di bawah PDB, kontribusi industri TPT juga turun dari 1,35% ke 1,03%.

Industri TPT pun masih diperkirakan masih akan terperosok sampai tahun 2024 dan bisa terus berlanjut jika pemerintah tidak memberikan perhatian khusus di industri ini. 

Memasuki kampanye, industri ini juga belum mendapatkan pesanan dalam jumlah banyak. Pesanan memang mulai masuk seperti untuk kaus dan produk tekstil lainnya, akan tetapi masih belum signifikan berpengaruh pada pertumbuhan kinerja.

"Bahkan lebih rendah jika dibandingkan tahun politik 2019," ujar Redma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .