Industri TPT Indonesia Kembali Terancam



JAKARTA. Setelah industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terpukul kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar 18,7% dan krisis listrik. Rupanya, industri TPT kembali terancam akibat pemerintah China berencana menambah diskon untuk ekspor TPT. Seperti diberitakan Antara, kemarin, China berencana menaikkan potongan pajak ekspor (PE) atau diskon dari 11% menjadi 13%. Selain itu, potongan PE pakaian juga akan meningkat menjadi 15% dari 11%. Hal ini dilakukan agar ekspor China kembali meningkat. Karena, pada Mei lalu ekspor tekstil China hanya meningkat 1,1% dari periode yang sama tahun lalu. Direjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian (Depperin) Ansari Bukhari mengatakan belum mengetahui rencana pemerintah China tersebut. "Saya akan cek dulu," tegasnya. Namun, menurutnya PE itu digunakan untuk menghambat laju pertumbuhan ekspor china. Jika PE itu dipangkas maka produk china makin murah sehingga berdampak kompetisi bagi Indonesia di pasar internasional semakin ketat. Ansari menjelaskan selama ini China memberikan insentif untuk berbagai produk ekspor tekstil domestiknya. Kebijakan tersebut diberikan untuk mendorong pertumbuhan ekspor negara tirai bambu tersebut. Jika kebijakan baru ini diterapkan, maka ada dua insentif untuk memacu ekspor negara China ke pasar internasional. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G Ismy menilai pemerintah China melakukan kebijakan ini untuk memacu kinerja ekspor tesktil negeri tersebut. Namun, menurutnya ini akan mengancam produk TPT negara lain termasuk Indonesia. Karena dengan pemotongan PE ini akan membuat harga produk tekstil China akan lebih murah dibandingkan produk Indonesia. "Ini menyulkitkan produsen dalam negeri, apalagi iklim usaha didalam negeri belum kondusif," tandasnya.

Untuk menekan kerugian lebih besar, API meminta pemerintah menyetop impor garmen dari China untuk sementara waktu. "Kalau perlu ada larangan impor dari China mulai saat ini sampai Agustus 2008," katanya. Jika tetap tidak dilarang, maka API memperkirakan produk China akan kembali membanjiri Indonesia seiring dengan perayaan lebaran dan natal. Jika hal ini terjadi, maka industri TPT akan semakin terpuruk. "Kenapa pemerintah tidak memberikan insentif yang sama seperti yang diberikan China," harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test