JAKARTA. Meski harga batubara sudah mulai meningkat pada semester II tahun ini, namun PT Indika Energy Tbk (INDY) masih cukup konservatif menilai kondisi batubara di tahun depan. Direktur Utama INDY Arsjad Rasjid mengaku masih berhati-hati dalam menyikapi kenaikan harga batubara belakangan ini. Ia memperkirakan harga batubara berada di kisaran US$ 70 - US$ 80 per ton pada tahun 2017. "Kemarin kenaikannya cepat dan penurunannya juga cukup cepat. Tahun depan, asumsi harga batubara rasanya masih di bawah level US$ 80 per ton. Kami berharap harga yang lebih stabil," ujarnya, Kamis (24/11).
Tahun depan, INDY juga masih akan fokus untuk melakukan efisiensi dan menjaga dana kas. Produksi INDY pun diperkirakan tidak akan jauh berbeda dari tahun ini. Tahun ini, perseroan memangkas target produksi menjadi 33 juta ton, dibandingkan realisasi tahun lalu yang mencapai 40 juta ton. "Tahun depan, masih stabilisasi dulu, jadi produksinya kemungkinan masih sama," imbuhnya. Hingga akhir tahun 2016, INDY mengalokasikan belanja modal atau capex sebesar US$ 30,8 juta. Sampai bulan September lalu, serapannya baru mencapai US$ 10,6 juta. Jumlah belanja modal itu menyusut tajam hingga 47,53% bila dibandingkan dengan alokasi capex tahun lalu yang mencapai US$ 58,7 juta. "Kami masih fokus di efisiensi," tambah Arsjad. Ia masih enggan menyebutkan rencana belanja di tahun depan karena masih dalam proses finalisasi anggaran. Hingga kuartal III 2016, INDY membukukan pendapatan sebesar US$ 567,71 juta atau turun 32,84% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 845,29 juta. Kontribusi penjualan batubara mencapai 26,05% atau US$ 147,87 juta. Pendapatan jasa kontrak pertambangan masih mendominasi dengan catatan mencapai US$ 419,84 juta Di sisa tahun ini, INDY tengah mengebut financial closing proyek Pembangkit Listrik Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon CEP-2 berkapasitas 1 x 1.000 MegaWatt (MW). INDY memiliki 25% saham dalam proyek ini. Belum lama ini, INDY membagi hak partisipasinya kepada co-investor, PT Imeco Multi Prasarana (IMP). Hal ini untuk membagi beban risiko dari proyek bernilai US$ 2 miliar tersebut.
Sebelumnya, Arsjad menargetkan financial closing proyek PLTU itu bakal rampung pada bulan Agustus lalu. Namun ternyata sampai saat ini, proses financial closing masih berlanjut. "Sehingga kami harapkan bisa selesai di akhir tahun ini atau maksimal pada awal tahun depan," imbuhnya. Rencananya, sebanyak 80% dari investasi proyek atau sekitar US$ 1,6 miliar akan didanai project financing, salah satunya adalah Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Saat ini, proyek PLTU CEP-2 digarap oleh PT Cirebon Energi Prasarana (CEPR). Selain INDY, sisa saham proyek PLTU ini dimiliki oleh Marubeni Corporation sebesar 35%, Samtan Co. Ltd. sebesar 20%, Korea Midland Power Co. Ltd. sebesar 10%, dan Chubu Electric Power Co. Ltd, sebesar 10%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto