JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) mengagendakan untuk penambahan modal sebanyak-banyaknya 10% dari modal disetor. Penambahan modal tersebut dilakukan dengan menerbitkan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Persetujuan atas agenda tersebut akan dilakukan saat rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 8 Juni mendatang. Manajemen INDY menjelaskan agenda tersebut masuk dalam agenda RUPSLB karena jika sewaktu-waktu diperlukan tambahan modal bisa dilakukan. Namun, “Tidak ada tujuan dari penggunaan tambahan modal, tidak untuk membayar utang atau lainnya. Karena ini hanya agenda saja,” kata Senior Vice President Investor Relations INDY, Retina Rosabai kepada KONTAN Jumat (6/5). Retina menolak untuk menyebutkan berapa nilai dari agenda penambahan modal INDY tersebut. KONTAN juga menghubungi via telepon dan pesan singkat kepada Direktur Keuangan INDY Aziz Armand, namun tak ada jawaban. Manajemen INDY juga tutup mulut soal belanja modal yang dianggarkan pada tahun ini. “Kita sedang dalam masa blackout, karena baru menerbitkan obligasi,” kata dia. Catatan KONTAN, INDY berencana untuk memperbaharui kedua utangnya, yaitu utang dari anak usaha Indo Integrated Energy BV yang diterbitkan 8 Mei dengan jatuh tempo 2012. Dan utang dari Indo Integrated Energy II BV dengan tenor 2009 – 2016. Bentuk pembaharuannya adalah memperbaiki syarat yang diatur dalam surat perjanjian utang (indenture) 2007 dan 2009. Manajemen INDY menjelaskan perbaikan syarat dan perpanjangan utang tersebut bertujuan agar perusahaan lebih memiliki fleksibilitas dalam pengembangan dan perluasan kegiatan usaha. Obligasi senior yang diterbitkan Indo Integrated BV senilai US$ 250 juta. INDY menawarkan penukaran hanya sebesar dari US$ 165 juta dari obligasi tersebut, tidak seluruhnya. Instrumen yang ditawarkan sebagai pengganti adalah obligasi yang diterbitkan Indo Energy Finance BV. INDY menjanjikan consent fee senilai US$ 7,5 untuk setiap US$ 1.000 surat utang 2012. Dengan catatan pemegang obligasi setuju dengan perubahan ketentuan obligasi tersebut. Sedang untuk obligasi yang diterbitkan di tahun 2009 dan jatuh tempo di 2016 memilki nilai nominal US$ 230 juta. INDY juga menawarkan consent fee, dengan nilai US$ 17,5 untuk tiap surat utang 2016 senilai nominal US$ 1.000. Penawaran tersebut berlaku bagi pemegang obligasi yang setuju dengan ketentuan obligasi tersebut. Sedang untuk agenda ekspansi INDY, Retina belum mau menceritakan. "Nanti saja setelah blackout selesai, yang jelas saat ini kita punya cukup likuiditas," kata dia. Bulan lalu INDY telah melaksanakan hak opsi beli atas 51% kepemilikan saham di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS).Dengan menggenggam 892.513.586 saham atau setara 51% kepemilikan di MBSS tersebut. Saham tersebut dibeli seharga Rp 1.630 per sahamCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
INDY tambahan modal sebesar 10%
JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) mengagendakan untuk penambahan modal sebanyak-banyaknya 10% dari modal disetor. Penambahan modal tersebut dilakukan dengan menerbitkan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Persetujuan atas agenda tersebut akan dilakukan saat rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 8 Juni mendatang. Manajemen INDY menjelaskan agenda tersebut masuk dalam agenda RUPSLB karena jika sewaktu-waktu diperlukan tambahan modal bisa dilakukan. Namun, “Tidak ada tujuan dari penggunaan tambahan modal, tidak untuk membayar utang atau lainnya. Karena ini hanya agenda saja,” kata Senior Vice President Investor Relations INDY, Retina Rosabai kepada KONTAN Jumat (6/5). Retina menolak untuk menyebutkan berapa nilai dari agenda penambahan modal INDY tersebut. KONTAN juga menghubungi via telepon dan pesan singkat kepada Direktur Keuangan INDY Aziz Armand, namun tak ada jawaban. Manajemen INDY juga tutup mulut soal belanja modal yang dianggarkan pada tahun ini. “Kita sedang dalam masa blackout, karena baru menerbitkan obligasi,” kata dia. Catatan KONTAN, INDY berencana untuk memperbaharui kedua utangnya, yaitu utang dari anak usaha Indo Integrated Energy BV yang diterbitkan 8 Mei dengan jatuh tempo 2012. Dan utang dari Indo Integrated Energy II BV dengan tenor 2009 – 2016. Bentuk pembaharuannya adalah memperbaiki syarat yang diatur dalam surat perjanjian utang (indenture) 2007 dan 2009. Manajemen INDY menjelaskan perbaikan syarat dan perpanjangan utang tersebut bertujuan agar perusahaan lebih memiliki fleksibilitas dalam pengembangan dan perluasan kegiatan usaha. Obligasi senior yang diterbitkan Indo Integrated BV senilai US$ 250 juta. INDY menawarkan penukaran hanya sebesar dari US$ 165 juta dari obligasi tersebut, tidak seluruhnya. Instrumen yang ditawarkan sebagai pengganti adalah obligasi yang diterbitkan Indo Energy Finance BV. INDY menjanjikan consent fee senilai US$ 7,5 untuk setiap US$ 1.000 surat utang 2012. Dengan catatan pemegang obligasi setuju dengan perubahan ketentuan obligasi tersebut. Sedang untuk obligasi yang diterbitkan di tahun 2009 dan jatuh tempo di 2016 memilki nilai nominal US$ 230 juta. INDY juga menawarkan consent fee, dengan nilai US$ 17,5 untuk tiap surat utang 2016 senilai nominal US$ 1.000. Penawaran tersebut berlaku bagi pemegang obligasi yang setuju dengan ketentuan obligasi tersebut. Sedang untuk agenda ekspansi INDY, Retina belum mau menceritakan. "Nanti saja setelah blackout selesai, yang jelas saat ini kita punya cukup likuiditas," kata dia. Bulan lalu INDY telah melaksanakan hak opsi beli atas 51% kepemilikan saham di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS).Dengan menggenggam 892.513.586 saham atau setara 51% kepemilikan di MBSS tersebut. Saham tersebut dibeli seharga Rp 1.630 per sahamCek Berita dan Artikel yang lain di Google News