Inflasi Amerika Serikat Naik Tinggi, Dolar AS Dinilai Jadi Pilihan Menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Departemen Tenaga Kerja AS pekan lalu melaporkan inflasi Amerika Serikat (AS) berdasarkan consumer price index (CPI) di bulan Februari melesat 7,9% secara year on year (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 7,5%. 

Angka inflasi tersebut merupakan level tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Tak hanya itu, pasca pengumuman tersebut, indeks dolar AS pun melesat dari 97,86 menjadi 99,12.

Research and Education Asia Valbury Futures Nanang Wahyudin mengatakan, pasca pengumuman tersebut, pamor dolar AS pun meningkat dibandingkan dengan mata uang lainnya. Menurutnya, tren penguatan dolar AS masih akan berlanjut, apalagi pada pekan ini akan ada pengumuman The Fed soal normalisasi suku bunga acuan.


“Jika melihat angka inflasi yang tinggi, lalu berakhirnya program pembelian aset, kenaikan suku bunga acuan AS tidak akan bisa dihindari. Hal ini jelas akan mengerek penguatan dolar AS ke depan,” kata Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (11/3).

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Stabil Sepekan Ke Depan meski The Fed Menaikkan Suku Bunga

Nanang menjelaskan, saat ini pasar tengah menantikan seberapa agresif The Fed melakukan kenaikan suku bunga acuan. Sikap The Fed terkait akankah menaikkan lebih dari 25 bps pada pekan ini, lalu berapa kali potensi kenaikan suku bunga acuan dalam setahun ke depan, akan jadi fokus pasar.

Namun, terlepas dari hal tersebut, ia meyakini dolar AS memang memiliki prospek yang menarik. Sebagai safe haven, the Greenback juga akan diuntungkan dengan adanya konflik Rusia-Ukraina yang membuat banyak investor menghindari aset berisiko.

Di satu sisi, ketika inflasi terus naik dan membuat The Fed semakin agresif, dolar AS juga akan tetap diuntungkan.

Sementara mata uang lain yang menarik untuk dikoleksi adalah poundsterling. Menurut Nanang, saat ini posisi poundsterling justru sedang undervalued, terlebih dengan penguatan dolar AS belakangan ini. Oleh sebab itu, akan ada potensi bargain hunting dari para investor yang bisa membantu mengangkat harga poundsterling.

Baca Juga: Rupiah Menguat 0,60% Dalam Sepekan Terakhir

“Bank sentral Inggris (BoE) juga ikut dalam tren normalisasi kebijakan suku bunga di mana BoE diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya hingga tiga kali sampai akhir tahun nanti. Ini membuat poundsterling punya prospek yang menarik,” imbuh Nanang.

Nanang menyebut, pairing GBP/USD saat ini tengah berada di support psikologisnya, yakni 1,30. Jika harganya bisa turun di bawah level tersebut, bisa jadi kesempatan yang menarik bagi para investor untuk melakukan aksi beli. Sementara hingga akhir tahun nanti, ia memproyeksikan pairing GBP/USD bisa bergerak ke rentang 1,36 - 1,40.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi