Inflasi angkat Aussie



JAKARTA. Dollar Australia (aussie) menguat terhadap semua mata uang utama setelah laporan inflasi meningkat. Kondisi ini direspon positif oleh pelaku pasar sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap mata uang tersebut.

Mengutip Bloomberg, Rabu (28/1) pukul 18.00 WIB, pasangan EUR/AUD menurun 0,45% dibanding hari sebelumnya ke 1,4275. Pasangan AUD/USD naik 0,26% ke 0,7958. Sementara, pasangan AUD/JPY naik 0,12% menjadi 93,6500.

Biro Statistik di Sydney memaparkan, inflasi di luar barang bervolatilitas tinggi, seperti makanan dan bahan bakar, pada kuartal IV-2014 tercatat tumbuh 0,7%. Angka ini melampaui prediksi sebesar 0,5%. Bahkan, jika dibandingkan inflasi per kuartal IV tahun 2013 di 0,3%, angka tersebut jauh lebih tinggi.


Inflasi yang terjadi di Australia membuat para trader berspekulasi Bank Sentral Australia (RBA) akan mempertahankan suku bunga acuan. Rencana ini membuat prediksi semula tentang pemangkasan suku bunga bisa saja tak terwujud.

Semula 44% trader memprediksi bahwa RBA akan memangkas suku bunga pada pertemuan tanggal 3 Februari. Namun, data inflasi yang menanjak turut menyusutkan dugaan trader.

Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, pasangan EUR/AUD bergerak menurun lantaran ada asumsi RBA tidak akan memangkas suku bunga. Di sisi lain, euro bergerak melemah menjelang hasil pertemuan bank sentral AS.

Saat ini, ada dua spekulasi yang beredar. Pertama, The Fed akan memberi petunjuk selanjutnya mengenai rencana kenaikan suku bunga. Kedua, The Fed akan menahan diri menaikkan suku bunga di tengah perekonomian global yang masih terguncang. "Secara teknikal, hari ini EUR/AUD masih akan bergerak melemah," ujar Faisyal.

Analis Harvest International Futures Tonny Mariano menuturkan, pada pasangan AUD/USD terjadi rebound karena dalam tiga hari terakhir investor sedang profit taking. Sebab, akhir pekan lalu, dollar AS sudah naik cukup tajam terhadap AUD. Jumat (23/1), pairing AUD/USD di 0,7912.

Tapi, ekonomi Australia diproyeksi masih akan tertekan karena perlambatan ekonomi China yang merupakan mitra dagang utamanya. "Perlu dicatat, pergerakan AUD juga tertekan oleh harga komoditas yang terus turun," kata Tonny. Australia memang sangat mengandalkan ekspor batubara dan bijih besi untuk menopang neraca dagangnya.  Beberapa faktor itu membuat AUD masih dalam tren bearish setidaknya hingga semester I tahun ini. Begitu juga teknikal pasangan AUD/USD dalam tren bearish.

Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, pasangan AUD/JPY masih tertekan. Di saat inflasi Australia membaik, mata uang Jepang justru dihadang oleh pertemuan Bank Sentral AS. Yen juga melemah lantaran komentar bank sentral Jepang (BoJ) yang menyatakan kondisi ekonomi Negeri Sakura tersebut belum pulih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana