Inflasi AS diprediksi masih rendah, rupiah punya peluang menguat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekhawatiran pasar akan terjadinya lonjakan angka inflasi di Amerika Serikat (AS) dinilai kemungkinan tidak akan terjadi. Hal ini diungkapkan oleh Chief Economist Tanamduit Ferry Latuhihin berdasarkan dari kebijakan yang diambil oleh The Fed sejauh ini.

“Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya soal target baru inflasi dari The Fed yang berada di level rendah secara jangka pendek, menunjukkan langkah The Fed ke depan sudah dipahami oleh pasar,” kata Ferry dalam Tanamduit Market Outlook yang diselenggarakan secara virtual, Senin (15/3).

Selama pandemi Covid-19, The Fed sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin menjadi di kisaran 0%-0,25%. Sejak itu, The Fed menunjukkan komitmennya dengan upaya menjaga suku bunga acuan tetap berada di kisaran 0%, setidaknya hingga 2023.


Menurut Ferry, hal ini juga didukung oleh dengan definisi yang lebih inklusif dari mandat ketenagakerjaan dan penerapan kerangka average inflation targeting (AIT) atau penargetan inflasi rata-rata pada Agustus 2020.

Baca Juga: Rupiah melemah 0,05% ke Rp 14.410 per dolar AS pada akhir perdagangan Selasa (16/3)

“AIT pada akhirnya semakin menguatkan ekspektasi bahwa kebijakan suku bunga akan tetap rendah dalam waktu yang lama. Bahkan, AIT secara umum juga dianggap sebagai komitmen untuk menoleransi ketika angka inflasi overshoot,” imbuh Ferry.

Dengan demikian, secara jangka panjang Ferry meyakini rupiah punya kesempatan untuk menguat terhadap dolar AS. Tapi dalam jangka pendek, pasar masih akan dikendalikan oleh kekhawatiran dan kerakusan akibat bounded rationality.

Pada Selasa (16/3), kurs rupiah spot masih berada di Rp 14.410 per dolar AS. Nilai tukar rupiah ini cenderung melemah dalam sepekan.

“Besar kemungkinan, BI tidak akan meningkatkan suku bunga acuan. Sementara spread antara US Treasury 10 tahun dengan SBN acuan 10 tahun berpotensi berada di kisaran 4,5%-5,0% seiring premium risk yang dimiliki Indonesia,” pungkas Ferry.

Artinya, jika yield US Treasury 10 tahun hari ini berada di berada di 1,6%, maka yield SUN tenor 10 tahun berpotensi untuk berada di 6,1% hingga 6,5%.

Baca Juga: IHSG turun 0,23% ke 6.309 pada Selasa (16/3), saham BBRI paling banyak dibeli asing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati