Inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan, rupiah berpotensi melemah hari ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan hari ini, Kamis (11/11). Hal ini tidak terlepas dari hasil data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang ternyata lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

Analis Monex Investindo Andian mengungkapkan, nasib rupiah hari ini akan ditentukan oleh data Consumer Price Index (CPI) AS. Adapun, semalam CPI menunjukkan lonjakan 6,2% pada bulan Oktober. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan pasar yang sebesar 5,9%.

"Jika hasil CPI sama atau malah lebih tinggi dari ekspektasi pasar, maka dolar AS akan berpeluang naik kembali dan pada akhirnya melemahkan rupiah," kata Andian kemarin.


Baca Juga: IHSG beberapa kali cetak rekor, simak proyeksinya hingga akhir tahun

Sementara analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menyebutkan, tingginya tingkat inflasi di AS ini bisa memberikan pandangan bahwa inflasi bisa bertahan lama, tidak seperti perkiraan The Fed yang sementara. Kondisi ini bisa mencuatkan kembali mengenai ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih cepat dari perkiraan guna meredam inflasi tersebut.

Dus, Alwi melihat hal tersebut bisa mengangkat yield obligasi AS, yang juga berimbas kenaikan dolar AS sehingga jadi sentimen negatif buat rupiah. Lebih lanjut, menurutnya inflasi yang tinggi juga bisa menghidupkan kembali tentang stagflasi yang pada akhirnya bisa mendorong risk off. Alhasil, dolar sebagai safe haven kemungkinan akan kembali dilirik. 

Baca Juga: Wall Street turun lagi karena lonjakan inflasi

Oleh karena itu, Alwi meyakini rupiah berpotensi melemah ke kisaran Rp 14.230 per dolar AS-Rp 14.290 per dolar AS. Sedangkan Andian memproyeksikan rupiah berada di rentang Rp 14.200 per dolar AS-Rp 14.350 per dolar AS.

Adapun, pada Rabu (10/11), rupiah di pasar spot melemah tipis 0,03% ke level Rp 14.254 per dolar AS. Sementara kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia ditutup di level Rp 14.253 per dolar AS atau terkoreksi 0,14%.

Baca Juga: Makroekonomi Indonesia kuat, dampak tapering off tak sebesar taper tantrum 2013

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati