Inflasi AS Mulai Mereda, Akankah Suku Bunga The Fed Tetap Naik?



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Inflasi Amerika Serikat tampak mulai melandai di kuartal pertama 2023. Ini tercermin dari kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) secara tahunan di periode tersebut menjadi yang terkecil sejak Mei 2021.

Mengutip Reuters (13/4), Dalam 12 bulan hingga Maret 2023, IHK meningkat sebesar 5% secara tahunan. Ini juga lebih kecil dari bulan sebelumnya yang naik 6% secara tahunan.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan IHK naik 0,2% bulan lalu dan naik 5,2% tahun-ke-tahun.


Baca Juga: Wall Street Ditutup Melemah Usai Rilis Risalah The Fed dan Data Inflasi AS

IHK  tahunan sempat memuncak pada 9,1% pada bulan Juni, yang merupakan kenaikan terbesar sejak November 1981, dan mereda karena kenaikan harga energi awal tahun lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina keluar dari perhitungan.

Presiden Joe Biden mengatakan perlambatan tajam dalam tingkat inflasi tahunan secara keseluruhan berarti lebih banyak ruang bernapas bagi orang Amerika yang bekerja keras.

Dengan meredanya tekanan pasar keuangan setelah runtuhnya dua bank regional bulan lalu, para ekonom memperkirakan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sekali lagi di bulan Mei sebelum menghentikan kampanye pengetatan moneter tercepat sejak 1980-an di bulan Juni.

Pasar keuangan condong ke arah kenaikan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan 2-3 Mei, menurut alat FedWatch CME Group. 

Pasar bahkan bertaruh bank sentral dapat mulai memangkas suku bunga tahun ini karena ekonomi merosot ke dalam resesi.

The Fed telah menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 475 basis poin sejak Maret lalu dari level mendekati nol ke kisaran 4,75% -5,00% saat ini.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi kenaikan suku bunga cenderung bersifat sementara begitu inflasi tinggi bisa dikendalikan.

Bank-bank sentral di Inggris, AS, Eropa, dan negara lain telah menaikkan suku bunga untuk melawan laju kenaikan harga, atau dikenal sebagai inflasi.

Bank of England telah menaikkan suku bunga sejak Desember 2021, dari 0,1% menjadi 4,25%.

Baca Juga: Wall Street Loyo: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kompak Ditutup Melemah

Di Inggris, inflasi berada pada titik tertinggi selama hampir 40 tahun karena kenaikan harga energi dan melonjaknya harga makanan. Sejumlah faktor memicu inflasi, termasuk invasi Rusia ke Ukraina yang telah membantu menaikkan biaya energi.

“Ketika inflasi dikendalikan kembali, bank sentral ekonomi maju cenderung melonggarkan kebijakan moneter dan membawa suku bunga riil kembali ke tingkat pra-pandemi," tulis IMF dalam laporannya.

Pengamatan dari IMF tentang penurunan suku bunga ini tidak akan menawarkan banyak bantuan langsung kepada pemegang hipotek yang tertekan.

Ada peringatan yang cukup besar dalam analisis yang berlaku setelah periode inflasi tinggi saat ini berakhir, dan hanya jika pemerintah menjaga agar utang mereka tetap teratur.

Editor: Herlina Kartika Dewi