Inflasi AS yang Tinggi Diproyeksi Kembali Menyeret Rupiah Pada Senin (14/2)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada dalam tekanan di awal pekan depan. Pergerakan rupiah pada Senin (14/2) akan dipengaruhi oleh data inflasi Amerika Serikat (AS) yang tinggi.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, salah satu sentimen yang masih akan memengaruhi rupiah adalah data inflasi AS. Seperti diketahui, inflasi AS pada bulan Januari 2022 mencapai 7,5% atau tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Menurutnya, kenaikan inflasi AS tersebut mendorong ekspektasi kebijakan Federal Reserve yang akan lebih agresif dalam rangka menekan laju inflasi yang tinggi tersebut. Hal ini mendorong kenaikan yield US Treasury hingga ke level 2%.


"Pelaku pasar akan tetap mencermati rilis data ekonomi AS yakni Univ of Michigan sentiment yang menjadi indikator optimisme konsumen AS," kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (11/2).

Baca Juga: Data Ekonomi Indonesia Jadi Penyokong Penguatan Rupiah di Pekan Ini

Adapun, The University of Michigan's sentiment index turun ke 61,7, atau yang terendah sejak Oktober 2011. Angka ini jauh lebih rendah dari konsensus yang sebesar 67.

Meskipun demikian, Josua meyakini, sentimen kenaikan inflasi AS diperkirakan akan tetap mendorong risk-off sentiment di pasar negara berkembang pada awal pekan nanti.

Oleh sebab itu, dia memperkirakan rupiah akan berada di rentang Rp 14.325 - Rp 14.425 per dolar AS pada perdagangan besok.

Adapun, rupiah di pasar spot pada perdagangan Jumat ditutup di level Rp 14.347 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,03% dibanding penutupan sebelumnya. Serupa, di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia, mata uang Garuda ini juga koreksi 0,1% ke Rp 14.359 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari