Inflasi Australia Melambat di Kuartal 1-2023



KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Inflasi Australia turun dari level tertinggi selama 33 tahun pada kuartal pertama tahun ini. Penyebabnya, biaya hidup mengalami kenaikan terkecil dalam lebih dari satu tahun dan inflasi inti turun di bawah perkiraan.

Data dari Biro Statistik Australia seperti dikutip dari Reuters hari ini (25/4) menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) naik 1,4% pada kuartal Maret, tepat di atas perkiraan pasar dengan inflasi 1,3% tetapi kenaikan terkecil sejak akhir 2021.

Laju tahunan melambat menjadi 7,0%, dari 7,8%, menunjukkan inflasi akhirnya memuncak setelah dua tahun percepatan biaya yang cepat. Untuk bulan Maret saja, CPI naik 6,3% tahun ini, turun dari 6,8% di bulan Februari.


Yang terpenting, ukuran inflasi inti yang diawasi ketat, rata-rata yang dipangkas, naik 1,2% pada kuartal Maret, mendorong laju tahunan turun menjadi 6,6% dan di bawah perkiraan 6,7%.

Namun, inflasi inti tetap jauh di atas kisaran target RBA sebesar 2-3% dan pembuat kebijakan khawatir hal itu dapat memicu spiral upah harga tanpa pengetatan lebih lanjut.

Baca Juga: Bursa Asia Cenderung Melemah di Pagi Ini (26/4), Simak Sentimen yang Menyeretnya

Dengan data tersebut, investor bereaksi dengan memperpanjang peluang Reserve Bank of Australia (RBA) melanjutkan kenaikan suku bunga pada pertemuan 2 Mei, setelah berhenti pada bulan April setelah kenaikan 10 kali berturut-turut.

Futures sekarang menyiratkan hanya peluang 13% dari kenaikan seperempat poin pada tingkat tunai 3,6%, sementara dolar lokal mengurangi kenaikan awal menjadi $0,6625.

Rincian laporan inflasi menunjukkan kenaikan besar dan kuat untuk layanan kesehatan, pendidikan, gas dan perjalanan liburan domestik dan akomodasi. Satu-satunya sektor yang mengalami penurunan adalah pakaian dan barang-barang rumah tangga, sebuah tanda bahwa inflasi barang akhirnya melambat meski jasa tetap kuat.

Pengangguran secara historis rendah di 3,5%, mengangkat pertumbuhan upah tahunan ke dekade tertinggi 3,3%. Yang terakhir masih jauh di bawah level di Amerika Serikat atau Inggris dan dapat menawarkan RBA ruang bernapas untuk menunggu dan melihat bagaimana ekonomi berkembang.

Sebagian besar dari 350 basis poin pengetatan yang telah dilakukan baru sekarang dirasakan dalam pembayaran hipotek dan ada risiko permintaan konsumen dapat melemah lebih tajam dari yang diharapkan.

Editor: Anna Suci Perwitasari