Inflasi China Bulan Januari 1%



BEIJING. Inflasi China tergiring ke level yang paling lemah dalam dua tahun belakangan. Harga-harga dari produsen juga anjlok seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terjungkal di Negeri Tirai Bambu ini. Harga-harga konsumen naik 1% di bulan Januari, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini dibeberkan oleh Biro Statistik China, hari Selasa (10/2) ini. Desember lalu, harga-harga ini naik 1,2%. Harga-harga dari produsen menciut 3,3%, penurunan yang paling besar dalam tujuh tahun terakhir ini. Inflasi yang melambat membikin pemangku kebijakan memiliki ruang yang cukup lega untuk mengimbuhkan pemangkasan suku bunga kembali. Sejak September lalu, bank sentral telah memangkas suku bunga patokannya untuk menopang permintaan domestik dan perekonomian negeri itu lantaran ekspor mulai tergerus. Selain itu, bank sentral juga sudah memberi sinyal akan adanya deflasi karena harga komoditi yang anjlok dan permintaan yang terus menyusut. "Kondisi ini memberi tekanan yang lebih besar lagi pada bank sentral untuk memotong suku bunga acuannya kembali. Untuk jangka pendek, tekanan ada pada harga-harga konsumen," tukas Peng Wensheng, Head of China Research untuk Barclays Capital di Hong Kong. Lending rate untuk setahun di China besarnya 5.31% setelah dipangkas sebesar 2,16% pada tahun lalu usai kebangkrutan Lehman Brothers Holdings Inc. Tahun ini, bank sentral belum memangkas kembali suku bunganya. Peng memprediksi bank sentral akan mengiris lagi suku bunganya sebesar 81 basis poin tahun ini setelah perekonomian menggelinding 5% pada kuartal ini. Tahun lalu, perekonomian China hanya membiak 9% setelah tahun 2007 membukukan pertumbuhan sebesar 13%. Pada kuartal terakhir tahun lalu, pertumbuhan kian mini saja, menjadi 6,8%. Ini adalah level yang paling lemah sejak 2001.


Editor: