KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rencana pemerintah meluncurkan paket stimulus ekonomi pada semester II 2025 masih menghadapi berbagai tantangan signifikan. Mulai dari inflasi tinggi hingga penurunan daya beli masyarakat bisa menjadi faktor yang menghambat pada efektivitas paket stimulus yang diluncurkan tersebut. M. Rizal Taufikurahman, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finane (Indef), menjelaskan bahwa tujuan dari stimulus ekonomi yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari setengah PDB. Namun yang perlu diingat, sektor-sektor terkait tersebut seperti pariwisata dan properti, saling berhubungan dan memberikan efek ganda pada aktivitas ekonomi. “Keberhasilan paket ini sangat ditentukan oleh konteks makro saat ini yakni turunnya daya beli akibat tekanan inflasi pangan yang masih tinggi, suku bunga kredit konsumsi yang belum turun, dan ekspektasi publik yang masih wait and see,” ujar Rizal kepada Kontan.co.id, Selasa (29/7).
Inflasi dan Pelemahan Daya Beli Bayangi Keberhasilan Paket Stimulus Pemerintah
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rencana pemerintah meluncurkan paket stimulus ekonomi pada semester II 2025 masih menghadapi berbagai tantangan signifikan. Mulai dari inflasi tinggi hingga penurunan daya beli masyarakat bisa menjadi faktor yang menghambat pada efektivitas paket stimulus yang diluncurkan tersebut. M. Rizal Taufikurahman, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finane (Indef), menjelaskan bahwa tujuan dari stimulus ekonomi yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari setengah PDB. Namun yang perlu diingat, sektor-sektor terkait tersebut seperti pariwisata dan properti, saling berhubungan dan memberikan efek ganda pada aktivitas ekonomi. “Keberhasilan paket ini sangat ditentukan oleh konteks makro saat ini yakni turunnya daya beli akibat tekanan inflasi pangan yang masih tinggi, suku bunga kredit konsumsi yang belum turun, dan ekspektasi publik yang masih wait and see,” ujar Rizal kepada Kontan.co.id, Selasa (29/7).
TAG: