Inflasi Desember 2025 Diperkirakan Meningkat, Tekanan Harga Pangan Menguat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju inflasi pada Desember 2025 diperkirakan meningkat seiring melonjaknya permintaan saat Natal dan Tahun Baru. Kondisi cuaca serta kendala distribusi di sejumlah wilayah turut menambah tekanan harga pangan di penghujung tahun.

Pola kenaikan inflasi akhir tahun sebenarnya bukan hal baru. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata inflasi Desember dalam lima tahun terakhir mencapai 0,51% secara bulanan (month to month/mtm), dengan level tertinggi pada Desember 2022 sebesar 0,66% mtm.

Namun, analis menilai pemicu inflasi tahun ini tak hanya faktor musiman. Kepala Makroekonomi dan Keuangan Indef, Muhammad Rizal Taufikurahman, mengatakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) turut mendorong peningkatan permintaan beberapa komoditas pangan, meskipun dampaknya masih terbatas secara nasional.


Baca Juga: Inflasi Desember 2025 Dipicu Nataru dan Harga Pangan, Plus Program MBG

“Kontribusi MBG pada inflasi bulanan diperkirakan berada di kisaran 0,05 hingga 0,10 poin persentase,” ujar Rizal kepada KONTAN, Senin (29/12/2025).

Dengan asumsi harga energi dan tarif tetap terkendali, ia memperkirakan inflasi Desember 2025 mencapai sekitar 0,30% mtm. Secara tahunan, inflasi 2025 diproyeksikan tetap berada dalam sasaran pemerintah, ditopang kebijakan pengendalian harga pusat dan daerah serta kebijakan moneter yang berhati-hati.

“Meskipun tekanan dari sisi pangan dan permintaan domestik masih ada, inflasi 2025 diproyeksikan berada pada kisaran 2,8% hingga 3,1% year on year (yoy),” kata Rizal.

Proyeksi serupa disampaikan Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto. Ia memprediksi inflasi Desember berada di level 0,52% mtm dengan inflasi tahunan sekitar 2,8% yoy. 

Menurutnya, musim hujan dan meningkatnya konsumsi akhir tahun memicu kenaikan harga komoditas pangan seperti cabai, telur, daging ayam, dan bawang. Sementara dampak bencana alam di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh tidak terlalu signifikan terhadap tingkat inflasi.

Baca Juga: Harga Pangan Dunia Naik ke Level Tertinggi Sejak Februari 2023

Selain pangan, kenaikan tarif transportasi darat, kereta api, maupun udara juga diperkirakan turut memberi andil. Kenaikan harga emas dinilai masih terbatas.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sebelumnya menyampaikan bahwa ekspektasi inflasi masih berada dalam sasaran. Imported inflation tetap terjaga, dengan inflasi administered prices pada November 2025 sebesar 1,58% yoy. 

Sementara itu, inflasi volatile food masih relatif tinggi di level 5,48% yoy. BI meyakini inflasi pada 2025 dan 2026 akan tetap dalam kisaran target yakni 1,5% hingga 3,5%.

Myrdal menilai tekanan inflasi akan berlanjut pada 2026, terutama akibat masa puncak konsumsi selama Ramadan dan Lebaran.

“Ada dampak peak season Lebaran dan bulan puasa, sehingga wajar inflasi pada tiga bulan pertama meningkat,” ujarnya.

Baca Juga: Harga Pangan Naik Kamis (24/7): Beras Premium hingga Bawang Merah Makin Mahal

Pada awal tahun, harga pangan juga cenderung masih tinggi karena musim hujan dan belum masuk musim panen. Myrdal memproyeksikan inflasi kuartal I-2026 berada di kisaran 2,76% hingga 3,06% yoy.

Rizal menambahkan, tekanan inflasi selama Ramadan biasanya berasal dari kelompok pangan bergejolak. Jika penyebabnya adalah gangguan pasokan, penurunan daya beli masyarakat bisa makin terasa dan tidak mencerminkan pertumbuhan permintaan yang sehat. 

Selanjutnya: Bayar Tagihan Ekologis

Menarik Dibaca: Promo Burger Bangor Paket Party sampai 4 Januari 2026, 5 Burger Cuma Rp 99.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News