Inflasi Februari yang diprediksi rendah bisa jadi obat kuat rupiah besok



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah melemah pada perdagangan Kamis (28/2). Besok, data inflasi Indonesia yang diprediksi rendah berpotensi membuat rupiah lebih bertenaga.

Di pasar spot, mengutip data dari Bloomberg pukul 16:20 WIB, Kamis (28/2), rupiah berada di level Rp 14. 069 per dollar AS atau melemah 0,31% dari hari sebelumnya.

Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah terkoreksi 0,41% ke level Rp 14.062 per dollar AS. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah ini terjadi karena pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell pada Rabu (27/2). Powell menyatakan, meningkatknya risiko dan pelemahan data ekonomi AS tidak akan berdampak serius terhadap perekonomian AS. The Fed akan tetap sabar dan memilih opsi wait and see untuk menaikkan suku bunga.


Selain itu, alotnya perundingan dagang antara AS dan China turut menyumbang pelemahan terhadap rupiah hari ini. Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengemukakan, China perlu lebih dari sekadar membeli produk-produk AS sebelum keduanya mencapai kesepakatan dagang.

Menurut Lighthizer, hal tersebut masih sangat jauh dari reformasi struktural yang dinginkan Presiden AS Donald Trump. Terutama menyangkut praktik China menekan perusahaan AS untuk menyerahkan teknologi berharga demi mengakses pasar lebih luas.

“Tadinya ada harapan sebuah nota kesepakatan dapat lahir dari perundingan sudah lama berjalan. Tetap ternyata tidak ada juga, sehingga optimisme perang dagang meredup. Mata uang rupiah dan mata uang Asia lainnya juga melemah,” jelas Josua, Kamis (28/2).

Pesimisme juga datang dari pertemuan puncak antara Pemimpin Tertinggi Republik Demokratik Korea Utara Kim Jong Un dengan Donald Trump. Pada pertemuan puncak di Hanoi, Vietnam, keduanya tidak menghasilkan kesepakatan apapun.

Josua mengtakan, beberapa rilis data bisa berpotensi menahan penguatan dollar AS pada perdagangan besok. “Besok AS akan merilis data jobless claim dan PDB. Jika angka jobless claim lebih tinggi maka akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi. Sementara angka PDB AS ekspetasinya lebih rendah dari kuartal sebelumnya,” jelas Josua.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga akan merilis data inflasi besok. “Februari 2019 diprediksi mengalami deflasi dan nilai inflasi tahunan menurun dari angka 2,82% menjadi 2,6%. Ini menjadi harapan penguatan rupiah besok,” tutur Josua.

Josua memprediksi, rupiah bergerak di kisaran Rp 14.000 per dollar AS – Rp 14.100 per dollar AS pada perdagangan besok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat