Inflasi Global Berpotensi Melonjak di Akhir 2022, Sektor Manufaktur Bisa Tertekan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan bahwa inflasi global akan berpotensi reda jika harga minyak global berangsur menurun.

Namun dirinya melihat hingga akhir tahun nanti inflasi akan cukup tinggi meskipun trennya bisa menurun.

"Sangat tergantung dari produksi Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan resesi global. Jika resesi global semakin parah, harga minyak cenderung akan turun," ujar Huda kepada Kontan.co.id, Minggu (3/7).


Ia menyebut, jika inflasi global melonjak naik, maka sektor manufaktur akan kembali mengalami perlambatan. Dengan harga yang cenderung mahal, permintaan yang turun serta produksi juga akan mengalami penurunan mengikuti kondisi pasar.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Berpotensi Kembali Terkoreksi Tipis pada Juli 2022

Akibatnya hal tersebut akan mengakibatkan naiknya harga produksi yang juga akan meningkatkan harga jual. Selain itu, kondisi tersebut juga akan membuat inflasi domestik meningkat, sehingga pemulihan ekonomi Indonesia akan tertunda.

"Jadi saya rasa berbahaya bagi sektor manufaktur kalau inflasi global terus meningkat," katanya.

S&P Global mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juni 2022 berada di level 50,2, atau menurun dari Mei 2022 yang sebesar 50,8. Kondisi perlambatan ini baru terjadi setelah 10 bulan berturut-turut PMI manufaktur Indonesia berada di zona ekspansi.

Dihubungi berbeda, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, inflasi global tidak akan terlalu berdampak besar terhadap permintaan, hal ini dikarenakan pemulihan ekonomi Indonesia dari sisi agregat demand masih dalam momentum yang cukup baik.

Baca Juga: Peningkatan Belanja Negara Bisa Dorong Pemulihan Ekonomi Jika Hal Ini Terlaksana

Namun menurutnya, prospek inflasi global ke depannya masih akan tinggi, mengingat harga komoditas juga masih tinggi.

Begitu juga prospek industri manufaktur yang juga masih relatif baik dikarenakan dari sisi demand masih cukup resilience walaupun di tengah potensi lonjakan inflasi. Namun Riefky mengatakan, apabila pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mampu memanage lonjakan inflasi terjadi secara gradual, maka demand pada tahun ini akan cukup baik sehingga permintaan ke sektor manufaktur juga masih bisa dijaga.

"Permintaan ke sektor manufaktur juga masih bisa dijaga, sehingga kemudian ini yang perli koordinasi lebih kuat (pemerintah pusat dan BI)," kata Riefky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli