Inflasi India Terkerek Kenaikan Harga Bahan Pangan



KONTAN.CO.ID - NEW DELHI, 14 Oktober (Reuters) - Inflasi ritel India pada bulan September melaju ke level tertinggi dalam sembilan bulan. Ini karena harga pangan yang lebih tinggi.

Inflasi ritel tahunan India menurut data pemerintah yang dirilis pada hari Senin (14/10) berada di angka 5,49% pada September, lebih tinggi dari 3,65% pada bulan Agustus. Angka tersebut juga lebih tinggi dari perkiraan ekonom sebesar 5,04%. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 2023, ketika inflasi ritel berada di angka 5,69%.

Baca Juga: Rekomendasi Saham Migas & Batubara Pilihan Mencermati Momentum di Sektor Energi


Padahal minggu lalu, Reserve Bank of India (RBI) melihat, inflasi mereda setelah beberapa bulan pembacaan bergerak lebih tinggi. RBI memperkirakan inflasi akan mencapai rata-rata 4,5% pada tahun 2024-2025. RBI mengubah sikap kebijakan moneternya menjadi netral dan membuka pintu bagi penurunan suku bunga. Sebab RBI menargetkan inflasi di angka 4%.

Inflasi pangan, yang mencakup hampir setengah dari keranjang konsumsi, naik menjadi 9,24%, dibandingkan dengan 5,66% pada bulan Agustus.

Harga sayur naik 36% tahun ke tahun pada bulan September dibandingkan kenaikan 10,71% pada bulan Agustus.

Tingkat inflasi untuk sereal sebesar 6,84% pada bulan September dibandingkan dengan 7,31% pada bulan sebelumnya. Sedangkan untuk kacang-kacangan adalah 9,89% dibandingkan dengan 13,6% pada bulan Agustus.

Inflasi bulan September meningkat tajam karena masalah dasar. "Kondisi cuaca yang tidak menguntungkan mengganggu rantai pasokan yang mendorong kenaikan harga pangan," kata Garima Kapoor, ekonom di Elara Securities.

Gubernur RBI Shaktikanta Das memperingatkan minggu lalu risiko terhadap inflasi terus berlanjut dari kondisi cuaca buruk, konflik geopolitik, dan kenaikan harga beberapa komoditas baru-baru ini.

Kekhawatiran akan meluasnya konflik Timur Tengah dan gangguan terhadap ekspor dari negara-negara penghasil minyak utama telah mendorong harga minyak global naik menjadi sekitar US$ 80 per barel. "Ketidakpastian inflasi terus berlanjut dalam jangka pendek, terutama kenaikan harga komoditas baru-baru ini seperti minyak sayur," kata Sakshi Gupta, ekonom di HDFC Bank.

Baca Juga: Bank Singapura Prediksi Stimulus China dan Suku Bunga Rendah Dorong Bisnis Kekayaan

Hujan yang tidak sesuai musim juga bisa menjadi risiko kenaikan harga pangan. India menerima curah hujan di atas rata-rata pada bulan September, dan diperkirakan akan mengalami curah hujan yang luar biasa tinggi pada bulan Oktober yang berpotensi merusak tanaman siap panen seperti beras, kedelai, dan kacang-kacangan.

Inflasi inti yang tidak memperhitungkan harga pangan dan energi yang fluktuatif adalah 3,5% dibandingkan dengan 3,3%-3,4% pada bulan Agustus, menurut dua ekonom. 

"Peluang penurunan suku bunga pada bulan Desember pada tahap ini tetap rendah dan kemungkinan bergantung pada bagaimana tekanan harga komoditas berkembang," kata Gupta. Ia memperkirakan inflasi akan turun kembali di bawah 5% pada akhir tahun 2024.

Editor: Avanty Nurdiana