JAKARTA. Laju inflasi inti sejak awal tahun (year to date/ytd) cukup rendah hingga akhir semester I tahun ini dibandingkan semester I 2016 dan 2015. Hal ini menjadi tanda-tanda kembali adanya pelemahan konsumsi masyarakat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, inflasi inti semester pertama tahun ini sebesar 1,58%. Angka itu stagnan dibanding inflasi inti semester pertama 2016 yang sebesar 1,52%. Namun, angka itu jauh lebih rendah dibanding inflasi inti semester pertama 2015 yang sebesar 1,97%. Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, konsumsi rumah tangga, khususnya periode kuartal kedua tahun ini yang akan tercermin pada pengumuman pertumbuhan ekonomi pekan depan berpotensi menguat. Hal itu didorong oleh musim puasa dan lebaran yang jatuh di Juni. Meski demikian, "Kemungkinan tidak setinggi ekspektasi sebelumya meskipun inflasi kita terkontrol," kata Suhariyanto," Selasa (1/8). Menurutnya, ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama, daya beli masyarakat yang menurun. Kedua, masyarakat yang menahan konsumsi.
Inflasi inti stagnan karena tersangkut daya beli
JAKARTA. Laju inflasi inti sejak awal tahun (year to date/ytd) cukup rendah hingga akhir semester I tahun ini dibandingkan semester I 2016 dan 2015. Hal ini menjadi tanda-tanda kembali adanya pelemahan konsumsi masyarakat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, inflasi inti semester pertama tahun ini sebesar 1,58%. Angka itu stagnan dibanding inflasi inti semester pertama 2016 yang sebesar 1,52%. Namun, angka itu jauh lebih rendah dibanding inflasi inti semester pertama 2015 yang sebesar 1,97%. Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, konsumsi rumah tangga, khususnya periode kuartal kedua tahun ini yang akan tercermin pada pengumuman pertumbuhan ekonomi pekan depan berpotensi menguat. Hal itu didorong oleh musim puasa dan lebaran yang jatuh di Juni. Meski demikian, "Kemungkinan tidak setinggi ekspektasi sebelumya meskipun inflasi kita terkontrol," kata Suhariyanto," Selasa (1/8). Menurutnya, ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama, daya beli masyarakat yang menurun. Kedua, masyarakat yang menahan konsumsi.