TOKYO. Perekonomian Jepang semakin memburuk. Seiring dengan kenaikan harga pangan dan bahan bakar, tingkat inflasi di Jepang menembus angka 2% pada Juli 2008. Itu artinya, angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Alhasil, daya beli masyarakat pun semakin tergerus. Asal tahu saja, harga bahan-bahan kebutuhan pokok, tidak termasuk makanan segar, pada bulan lalu naik 2,4% dibanding dengan tahun sebelumnya. Padahal, menurut badan statistik di Tokyo, pada Juni, harga kebutuhan pokok sudah naik 1,9%.Oleh karenanya, Pemerintah Negeri Sakura itu berencana meluncurkan paket stimulus yang akan diumumkan hari ini untuk meningkatkan perekonomian. Beberapa di antaranya meliputi bantuan kepada keluarga kurang mampu yang saat ini mengalami kesulitan karena tingginya harga mi, roti, dan susu yang melebihi gaji mereka.Tidak hanya itu, perekonomian Jepang juga dibayangi masalah lain. “Naiknya harga bahan baku memaksa perusahaan untuk meningkatkan harga produk mereka. Permasalahannya, saat ini tidak ada kenaikan gaji. Itu yang menyebabkan penurunan perekonomian akan terus berlanjut,” kata Hiroaki Muto, ekonom senior Sumitomo Mitsui Asset Management Co di Tokyo.
Sebelumnya, McDonald Holding Co Japan sudah menaikkan harga produk Big Mac pada bulan ini. Sementara, Nichirei Corp, produsen makanan di Tokyo, berencana menaikkan harga makanan bekunya pada bulan depan. Menteri Perekonomian dan Keuangan Kaoru Yosano bilang, perlu ada kenaikan gaji sehingga tingkat konsumsi masyarakat pun bisa terangkat. Juni lalu, memang ada kenaikan gaji, tapi besarnya tidak signifikan hanya sekitar 0,4% saja. “Adanya tekanan atas harga makanan akan menyebabkan tingkat inflasi di atas 2% hingga November, meskipun harga energi sudah mencapai titik tertingginya,” kata Masaaki Kanno, ekonom JPMorgan Chase & Co. di Tokyo. Bahkan dia pesimistis, tingkat harga tidak akan menurun hingga tahun baru mendatang.