Inflasi Juli melambung tinggi



JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka inflasi sepanjang Juli 2013 pada Kamis (1/8). Perhitungan para ahli ekonomi, pada Juli akan terjadi inflasi yang besar, sekitar 2,8%. Otomatis, inflasi tahunan pun akan terdongkrak di kisaran angka 8%.

Melambungnya inflasi pada Juli 2013 merupakan yang tertinggi sejak tahun 2005. BPS mencatat, inflasi bulanan sempat mencapai 8,7% pada Oktober 2005. Sejak saat itu, inflasi selalu dibawah 2%, kecuali pada Juni 2008 yang mencapai 2,46%.

Ekonom BCA, David Sumual, bilang, tingginya angka inflasi karena harga-harga barang kian mahal setelah pemerintah menaikkan bandrol bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter. Kenaikan harga BBM terjadi pada 22 Juni, dan dampak ke pasar terasa pada Juli.


Apalagi pada Juli juga terdapat bulan puasa. Saat puasa, belanja masyarakat meningkat untuk memenuhi kebutuhan selama ramadan dan menyambut lebaran. "Memang Bank Indonesia (BI) banyakmengeluarkan kebijakan moneter, tapi belum berdampak," kata David, Selasa (30/7).

Menurut David, BI telat mengambil kebijakan moneter untuk meredam inflasi Juli. Soalnya, kebijakan itu tidak bisa menekan inflasi secara langsung. Kebijakan BI baru akan terasa manfaatnya setelah tiga atau empat bulan.

Ekonomi melambat

Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan, Doddy Ariefianto, berpendapat, tingginya inflasi pada Juli wajar terjadi karena faktor penyebabnya adalah kebijakan BBM. Namun, menurutnya inflasi bulanan per Juli 2013 bisa saja mencapai 3,5% bila BI dan pemerintah tidak sigap. "Pemerintah gencar operasi pasar, laju harga bisa tertekan," tandas Doddy.

Tentu saja, dengan melambungnya inflasi, target inflasi tahunan oleh pemerintah sebesar 7,7% bakal gagal tercapai. Otomatis, pertumbuhan ekonomi juga bakal terkoreksi. "Pertumbuhan ekonomi akan melambat di kisaran 5,5%-5,8%," ucap Doddy. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,3%.

Menurut Doddy, koreksi pertumbuhan ekonomi juga merupakan imbas melemahnya rupiah. Nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan di kisaran Rp 10.100-Rp 10.200 per dollar AS. Namun, semua pihak jangan khawatir dengan pelemahan rupiah, asal pemerintah dan BI bisa mencegah terjadinya gejolak di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto