JAKARTA. Harga obligasi Indonesia mencatatkan penurunan pada hari ini (27/1). Kondisi itu menyebabkan tingkat yield obligasi berjangka waktu 10 tahun terkerek. Bahkan kenaikannya merupakan yang terbesar dalam tiga pekan terakhir. Berdasarkan data Iter Dealer Market Association, pada pukul 09.48 WIB, harga obligasi Indonesia berkupon 8,375% yang jatuh tempo Maret 2024 menurun untuk hari ke lima. Di sisi lain, tingkat yield obligasi tersebut naik 34 basis poin menjadi 9,12%. Ini merupakan lonjakan terbesar sejak 3 Januari lalu. Kenaikan tingkat yield dipicu oleh kecemasan investor akan kenaikan inflasi di Indonesia. Sebelumnya, Senior Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara memprediksi, kenaikan inflasi pada Januari akan mencapai 0,85% dibanding bulan sebelumnya. Ini merupakan pertumbuhan inflasi tercepat sejak Agustus lalu. Adapun faktor lainnya adalah spekulasi bahwa the Federal Reserve akan memangkas nilai stimulusnya. "Ekspektasi inflasi relatif tinggi pada bulan ini terkait banjir, hal ini berdampak negatif bagi pasar obligasi. Selain itu, adanya aksi jual pada pasar emerging market turut menyeret aset-aset di Indonesia," jelas Mika Martumpal, head of treasury research and strategy PT Bank CIMB Niaga di Jakarta. Sekadar tambahan saja, indeks MSCI Asia Pacific sudah merosot 3,6% dalam tiga hari terakhir. Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,8% Pada hari ini.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Inflasi kerek yield obligasi 10 tahun Indonesia
JAKARTA. Harga obligasi Indonesia mencatatkan penurunan pada hari ini (27/1). Kondisi itu menyebabkan tingkat yield obligasi berjangka waktu 10 tahun terkerek. Bahkan kenaikannya merupakan yang terbesar dalam tiga pekan terakhir. Berdasarkan data Iter Dealer Market Association, pada pukul 09.48 WIB, harga obligasi Indonesia berkupon 8,375% yang jatuh tempo Maret 2024 menurun untuk hari ke lima. Di sisi lain, tingkat yield obligasi tersebut naik 34 basis poin menjadi 9,12%. Ini merupakan lonjakan terbesar sejak 3 Januari lalu. Kenaikan tingkat yield dipicu oleh kecemasan investor akan kenaikan inflasi di Indonesia. Sebelumnya, Senior Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara memprediksi, kenaikan inflasi pada Januari akan mencapai 0,85% dibanding bulan sebelumnya. Ini merupakan pertumbuhan inflasi tercepat sejak Agustus lalu. Adapun faktor lainnya adalah spekulasi bahwa the Federal Reserve akan memangkas nilai stimulusnya. "Ekspektasi inflasi relatif tinggi pada bulan ini terkait banjir, hal ini berdampak negatif bagi pasar obligasi. Selain itu, adanya aksi jual pada pasar emerging market turut menyeret aset-aset di Indonesia," jelas Mika Martumpal, head of treasury research and strategy PT Bank CIMB Niaga di Jakarta. Sekadar tambahan saja, indeks MSCI Asia Pacific sudah merosot 3,6% dalam tiga hari terakhir. Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,8% Pada hari ini.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News