KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75% hingga akhir tahun 2023. Hal ini sejalan dengan inflasi yang terkelola dengan baik dan terus melandai. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai BI akan berhati-hati dalam menanggapi pandangan terbaru The Fed. Pasalnya, dampak dari transmisi Fed Funds Rate (FFR) di Indonesia akan semakin terlihat melalui imbal hasil (yield) obligasi pemerintah. “Jika imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun terus menurun dan mendekati level 6%, kami melihat bahwa BI tidak perlu menaikkan tingkat suku bunga acuan,” tutur Faisal kepada Kontan.co.id, Senin (19/6).
Menurutnya, jika tingkat inflasi tetap terkelola dengan baik dalam kisaran target BI sepanjang tahun 2023, maka ruang kenaikan suku bunga acuan akan terbatas.
Baca Juga: Ekonom Perkirakan BI Pertahankan Suku Bunga di Level 5,75% hingga Akhir Tahun Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2023 sebesar 4,00% secara tahunan (
year on year). Ini berarti, inflasi sudah kembali ke kisaran sasaran BI yang sebesar 2%-4% secara tahunan. Diperkirakan, inflasi akan terus menurun dan bergerak dalam kisaran target ke depannya. Pasar obligasi dan pasar saham Indonesia juga terus mencatatkan arus masuk bersih. Meski mengalami penyempitan, Faisal memperkirakan, neraca perdagangan Indonesia akan tetap mempertahankan surplus. Faktor-faktor ini akan memberikan dukungan terhadap stabilitas nilai tukar rupiah. Dari sisi eksternal, The Fed diperkirakan terus mempertahankan lintasan pengetatan kebijakan moneter yang sedang berlangsung sepanjang 2023, meski terjadi pelonggaran pada tingkat inflasi dan peningkatan pengangguran. Pendekatan yang konsisten ini bertujuan untuk memastikan penurunan tingkat inflasi yang berkelanjutan. Pada bulan Mei 2023, inflasi umum Amerika Serikat turun menjadi 4,0% secara tahunan, menandai level terendah sejak Maret 2021. Penurunan ini terutama didorong oleh penurunan harga energi dan perlambatan inflasi pangan. Selain itu, tingkat pengangguran AS naik menjadi 3,7% pada Mei 2023, mencapai level tertinggi sejak Oktober 2022. Meski BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75% hingga akhir tahun, menurut Faisal penting bagi BI untuk tetap waspada terhadap perkembangan ekonomi global yang masih diwarnai dengan ketidakpastian yang signifikan.
Baca Juga: Sederet Perusahaan Ini Bersiap IPO, Mana yang Menarik? Dalam kesempatan berbeda, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga memperkirakan BI akan mempertahankan suku hunga acuan pada Juli di level 5,75%.
Alasannya karena ada kecenderungan inflasi yang melandai, meski ada ketidakpastian terkait dengan arah suku bunga The Fed. “Proyeksi akan tetap (mempertahankan suku bunga), karena inflasi kecenderungan melandai tapi masih ada ketidakpastian terkait dengan arah suku bunga The Fed,” tutur David. Meski begitu, David menilai memasuki semester II 2023, ada potensi
current account atau neraca transaksi berjalan Indonesia kembali defisit. Hal ini karena turunnya harga komoditas dan meningkatnya impor di tanah air. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi