Inflasi naik, pasar obligasi negara sepi



JAKARTA. Volume perdagangan surat berharga negara (SBN) menurun sepanjang Maret 2013, dibanding bulan sebelumnya. Penurunan transaksi ini disebabkan kekhawatiran faktor eksternal dan internal.

Berdasarkan situs Bursa Efek Indonesia (BEI), total volume transaksi obligasi negara mencapai Rp 127,36 triliun. Total transaksi ini turun 9,35% dibanding transaksi bulan Februari yang mencapai Rp 140,48 triliun.

Rata-rata harian perdagangan surat utang negara (SUN) seri fixed rate dan variable rate sepanjang Maret 2013 sebesar Rp 5,01 triliun. Volume rata-rata harian ini meningkat 15,55% dibanding Februari 2013. Namun, rata-rata volume harian obligasi negara ritel (ORI) pada Maret hanya Rp 169,51 miliar, anjlok 139% dibanding bulan sebelumnya.


Penurunan volume transaksi juga terjadi pada surat perbendaharaan negara (SPN) dan SPN syariah, serta sukuk ritel. Nilai transaksi sukuk ritel turun bulan Maret setelah penjualan perdana bulan Februari. Meski turun, volume dan frekuensi transaksi sukuk ritel terbaru seri SR005 masih menduduki peringkat teratas.

Sukuk ritel seri SR005 mencatat volume perdagangan Rp 15,59 triliun dengan frekuensi transaksi 2.785 kali sepanjang Maret. Volume perdagangan sukuk negara ritel semua seri sepanjang Maret mencapai Rp 895,18 miliar per hari. Volume transaksi ini turun dari posisi Februari sebesar Rp 1,80 triliun per hari.

Direktur Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), Loto Srinaita Ginting mengakui, aktivitas perdagangan SBN periode Maret memang menurun. Selain dari volume transaksi rata-rata harian, penurunan ini juga terlihat dari berkurangnya incoming bids pada lelang di pasar perdana.

Sentimen inflasi

Menurutnya, penurunan aktivitas perdagangan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Dari faktor eksternal dipengaruhi oleh perpindahan minat investor ke pasar saham dan tingginya permintaan kupon obligasi.

Selain itu, kekhawatiran investor kembali mencuat akibat krisis Siprus. "Dari sisi internal, penurunan transaksi dipengaruhi oleh tingginya ekspektasi inflasi dan ekspektasi pelemahan nilai tukar akibat outlook defisit neraca transaksi berjalan Indonesia," jelas Loto kepada KONTAN.

Sentimen domestik lain, lanjut Loto, berupa menurunnya cadangan devisa Indonesia. Penurunan aktivitas perdagangan SBN sepanjang Maret 2013 lebih banyak dari investor asing.

Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menilai, volume transaksi rata-rata harian pada awal April masih cenderung menurun. Sebab, investor sedang menunggu pengumuman data inflasi April. Kondisi saat ini, penjual SBN belum mau menurunkan harga. Hal ini lantaran harga beli SBN juga sudah mahal.

Sebaliknya, dari sisi pembeli mengharapkan penurunan harga karena mempertimbangkan kemungkinan inflasi yang masih meningkat. "Sebagai antisipasi kenaikan inflasi, investor masih meminta kenaikan imbal hasil antara 25-30 basis poin lagi," jelas Lana.

Lana memprediksi, tingkat inflasi April cenderung lebih rendah dibanding Maret. Sebab, pemerintah sedang merevisi kebijakan impor hortikultura. Jika ternyata inflasi bisa lebih stabil, investor akan meminta imbal hasil yang normal. Sebaliknya, jika inflasi tetap tinggi maka koreksi harga SBN masih akan terjadi sehingga yield semakin melambung.

Volume Transaksi Harian Obligasi
(dalam Rp miliar)
  Februari Maret %
SBN 4.233,11 5.013,16 18,43%
ORI 405,46 169,51 -58,19%
SBSN 2.450 92,5 -96,22%
Sukuk Ritel 1.802,67 895,18 -50,34%
Obligasi Korporasi 564,71 932,99 65,22%
Sukuk Korporasi 23,15 60,95 163,28%
sumber: Bursa Efek Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati