Inflasi November 2022 Melandai, Ini Kata Kemenkeu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2022 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,09% secara bulanan dan sebesar 5,42% secara tahunan.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, angka tersebut melemah dibandingkan inflasi Oktober 2022 yang mencapai 0,11% secara bulanan atau 5,71% secara tahunan.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menyampaikan, inflasi November ini lebih rendah dari prediksi internal Kemenkeu. Hal ini membuktikan bahwa stabilitas harga dalam negeri bisa dijaga di tengah tekanan inflasi global yang masih tinggi.


Febrio mengatakan, inflasi yang mulai melandai tersebut, tentunya tidak lepas dari keberhasilan koordinasi antara otoritas terkait.

“Ini merupakan hasil positif dari bauran kebijakan pengendalian inflasi, terutama komponen inflasi pangan. Keberhasilan tersebut dicapai melalui koordinasi antar otoritas terkait dalam upaya menjaga daya beli masyarakat yang perlu terus diperkuat untuk mendukung pemulihan ekonomi,” tutur Febrio dalam keterangan tertulisnya, Jumat (2/12).

Baca Juga: BPS: Terjadi Inflasi 0,09% MoM pada November 2022

Jika dilihat dari komponen pembentuk inflasi, inflasi inti tercatat masih berada pada level 3,3% secara year-on-year (YoY). Febrio mengatakan, angka tersebut mencerminkan masih kuatnya daya beli masyarakat di tengah kenaikan harga.

Tren stabil ini terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran, seperti sandang, perumahan, perlengkapan rumah tangga, informasi dan komunikasi, yang juga mengindikasikan stabilnya inflasi jasa.

Sementara, inflasi pangan bergejolak (volatile food) menurun cukup dalam menjadi 5,7% YoY dari yang sebelumnya 7,20% pada bulan Oktober. Penurunan ini didukung oleh deflasi harga aneka cabai. Di sisi lain, harga beras masih melanjutkan tren naik meskipun dengan kenaikan yang mulai melandai.

Fabrio mengatakan, sebagai respons terhadap tren kenaikan harga beras, Pemerintah melalui Bulog telah memasok beras di pasar lebih banyak di tengah kendala stok karena produksi beras nasional yang menurun. Penguatan stok nasional terus dilakukan melalui koordinasi Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), yaitu dengan menghimpun produksi dari daerah-daerah sentra.

Baca Juga: Jokowi Minta Tetap Waspada Meski Inflasi Terkendali

Selain beras, terjadi kenaikan harga tahu-tempe seiring dengan naiknya harga kedelai global dan menipisnya stok dalam negeri. Pemerintah telah melaksanakan impor kedelai untuk menjaga stabilisasi supply domestik. Pemerintah akan terus menjaga stabilitas harga pangan, terutama menjelang momen Natal dan Tahun Baru (Nataru), untuk memastikan inflasi semakin terkendali.

Lebih lanjut, inflasi harga diatur pemerintah (administered price) mengalami penurunan minor menjadi 13,0% YoY dari sebelumnya 13,28% YoY didorong oleh normalisasi tarif angkutan udara.

Ke depan, Pemerintah terus berupaya menjaga daya beli masyarakat, dengan mengoptimalkan alokasi APBN dan APBD. Penyaluran Belanja Wajib Perlindungan Sosial dan Belanja Tidak Terduga (BTT) terus dipercepat untuk mendukung terkendalinya inflasi daerah.

“Pemerintah Pusat dan Daerah terus memonitor harga dan stok pangan, serta ketersediaan armada penerbangan dalam mempersiapkan momen Natal dan Tahun Baru sebagai antisipasi tekanan inflasi menjelang akhir tahun,” kata Febrio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari