TAIPEI. Inflasi pangan di Taiwan tampaknya mencapai level tertingginya dalam empat tahun terakhir pada bulan ini. Badai Saola yang menghancurkan lahan pertanian selanjutnya membatasi kemampuan bank sentral untuk menurunkan suku bunga saat pertumbuhan ekonomi melemah. Badai Saola menyebabkan kerugian sekitar US$ 7,3 juta di sektor pertanian dan telah mendorong kenaikan harga pangan. Ini semakin memperumit dilema yang dihadapi bank sentral Taiwan menjelang rapat kebijakan kuartal bulan September, karena harus menyeimbangkan fokus kestabilan harga dan kontrol inflasi. "Yang juga penting adalah bagaimana bank sentral memandang inflasi setelah bulan Juli dan Agustus," kata ekonom Standard Chartered Tony Phoo. Ia melihat inflasi pangan mencapai level tertingginya dalam empat tahun terakhir dari 5% menjadi 6% pada bulan Juli dan tetap meningkat pada bulan Agustus. "Dengan naiknya harga listrik pada semester kedua, inflasi tidak punya banyak ruang untuk turun, dan juga, meski ekspor melemah, bank sentral tidak punya banyak kesempatan untuk menurunkan suku bunga," kata Phoo. Awal pekan ini, pemerintah menaikkan perkiraan inflasi untuk tahun ini menjadi 1,9%, mendekati comfort line bank sentral sebesar 2%. Banyak ekonom melihat bank sentral Taiwan masih menjaga fokus pada inflasi sehingga pada rapat September mereka menahan suku bunga pada 1,875%. Rapat kebijakan bulan Juni telah memperingatkan perlunya pengawasan inflasi, namun hal ini menggiring suku bunga overnight menjadi lebih rendah dalam beberapa pekan terakhir demi melindungi perekonomian dari turunnya permintaan ekspor. Pemicu utama pertumbuhan ekonomi di Taiwan.
Inflasi pangan di Taiwan tertinggi sejak 4 tahun
TAIPEI. Inflasi pangan di Taiwan tampaknya mencapai level tertingginya dalam empat tahun terakhir pada bulan ini. Badai Saola yang menghancurkan lahan pertanian selanjutnya membatasi kemampuan bank sentral untuk menurunkan suku bunga saat pertumbuhan ekonomi melemah. Badai Saola menyebabkan kerugian sekitar US$ 7,3 juta di sektor pertanian dan telah mendorong kenaikan harga pangan. Ini semakin memperumit dilema yang dihadapi bank sentral Taiwan menjelang rapat kebijakan kuartal bulan September, karena harus menyeimbangkan fokus kestabilan harga dan kontrol inflasi. "Yang juga penting adalah bagaimana bank sentral memandang inflasi setelah bulan Juli dan Agustus," kata ekonom Standard Chartered Tony Phoo. Ia melihat inflasi pangan mencapai level tertingginya dalam empat tahun terakhir dari 5% menjadi 6% pada bulan Juli dan tetap meningkat pada bulan Agustus. "Dengan naiknya harga listrik pada semester kedua, inflasi tidak punya banyak ruang untuk turun, dan juga, meski ekspor melemah, bank sentral tidak punya banyak kesempatan untuk menurunkan suku bunga," kata Phoo. Awal pekan ini, pemerintah menaikkan perkiraan inflasi untuk tahun ini menjadi 1,9%, mendekati comfort line bank sentral sebesar 2%. Banyak ekonom melihat bank sentral Taiwan masih menjaga fokus pada inflasi sehingga pada rapat September mereka menahan suku bunga pada 1,875%. Rapat kebijakan bulan Juni telah memperingatkan perlunya pengawasan inflasi, namun hal ini menggiring suku bunga overnight menjadi lebih rendah dalam beberapa pekan terakhir demi melindungi perekonomian dari turunnya permintaan ekspor. Pemicu utama pertumbuhan ekonomi di Taiwan.