Inflasi rendah, China berpeluang deflasi



BEIJING. Inflasi China semakin jinak. Hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi China mulai melambat, bahkan berisiko mengalami deflasi. Kondisi ini memberikan ruang bagi Bank Sentral China untuk melonggarkan kebijakan moneter. Harga konsumen alias inflasi China naik tipis sejak lima tahun terakhir sejak bulan Januari lalu karena harga komoditas yang terus menukik.

Menurut Biro Statistik China, indeks harga konsumen naik sebesar 0,8% dibandingkan dengan tahun lalu. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan perkiraan analis Bloomberg yang memproyeksikan kenaikan harga konsumen sebesar 1%. Kemudian, harga pabrik juga merosot 4,3% dibandingkan tahun sebelumnya, memperpanjang penurunan dalam 35 bulan terakhir.

Jatuhnya harga makanan dan penurunan harga minyak serta logam memicu perlambatan inflasi. Alhasil, muncul dorongan untuk menambah stimulus. Kenaikan harga saham dan dollar Australia diharapkan membuat Bank Sentral China memangkas suku bunga. "Untuk menghindari pengetatan kondisi kredit, People Bank of China (PBOC) kemungkinan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin di awal bulan ini," ujar Ding Shuang, ekonom senior China di Citigroup Inc, Hong Kong.


Jing Ulrich, Wakil Direktur JP Morgan Chase & Co Asia Pasifik mengatakan, data inflasi yang lemah akan memicu stimulus. "Pelonggaran moneter dapat membantu dalam jangka pendek tetapi tidak bisa mengganti pelonggaran moneter untuk reformasi struktural," kata Ulrich.

Melambatnya inflasi dalam dua bulan pertama tahun ini dipengaruhi oleh liburan tahun baru Imlek. Pada 2014 lalu, libur Tahun Baru China jatuh di bulan Januari. Di tahun ini, tahun baru Imlek jatuh pada bulan Februari. Harga-harga lain Sementara itu, harga-harga yang lain seperti makanan juga meningkat 1,1% di bulan Januari dari periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan tersebut lebih rendah dari kenaikan harga makanan dalam enam bulan terakhir. Begitupun juga dengan biaya-biaya transportasi dan komunikasi menurun 2,2%. Data menunjukkan, dari seluruh kategori, harga-harga pembelian anjlok. Penurunan harga tertinggi adalah harga bahan bakar yakni turun sebanyak 9,9%. Harga produsen juga turun paling dalam sejak Oktober 2009 yang dipimpin oleh sektor pertambangan yang terjun bebas mencapai 17,5%.

Disusul kemudian harga bahan mentah yang merosot 8,6%. "Data ini akan meningkatkan ekspektasi pemotongan suku bunga dan kita melihat suku bunga dipangkas pada bulan Maret," ujar Dariusz Kowalczyk, ekonom Credit Agricole CIB, Hong Kong.

Sebanyak sepuluh dari 22 analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan, PBOC akan menurunkan suku bunga kredit sebelum akhir Maret 2015. Sedangkan, 12 analis lainnya melihat tidak akan ada perubahan.

Kebanyakan analis memperkirakan, bank akan menurunkan biaya pinjaman pada pertengahan tahun ini. Bank Sentral China baru akan bereaksi jika amblesnya harga minyak dunia mempengaruhi inflasi inti China. 

Editor: Yudho Winarto