Inflasi Rusia kian melesat



MOSKWA. Inflasi Rusia melaju pada level tercepat dalam tiga tahun terakhir. Harga barang konsumen naik 8% pada bulan September dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingkat inflasi Rusia terus menanjak tiap bulan sejak krisis geopolitik Ukraina.

Menurut data Biro Statistik Federal, inflasi Rusia pada Agustus 2014 mencapai 7,6%. Vladimir Tikhomirov, Kepala Ekonom BCS Financial Group di Moskwa, mengatakan, tingkat inflasi akan terus naik. Penyebabnya adalah larangan impor makanan dan pelemahan nilai tukar rubel. "Tekanan pada bank sentral untuk menaikkan suku bunga akan makin besar," kata Tikhomirov kepada Bloomberg.

Konflik Ukraina menyebabkan investor menarik dana dari Rusia. Alhasil, nilai tukar rubel anjlok. Nilai tukar rubel melemah 14% terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang kuartal ketiga. Alhasil, rubel merupakan mata uang dengan kinerja terburuk pada periode tersebut.


Inflasi yang terus tinggi menyebabkan Bank Sentral Rusia tiga kali menaikkan suku bunga acuan sejak Februari lalu. Suku bunga acuan Rusia naik dari 5,5% pada Februari menjadi 8% saat ini. Pada pernyataan 12 September lalu, bank sentral menyulut sinyal potensi kenaikan suku bunga lagi kalau inflasi masih tinggi. Pertemuan bank sentral selanjutnya dijadwalkan 31 Oktober nanti.

Menurut survei Public Opinion Foundation, kemungkinan harga barang akan naik bulan ini. Survei Bloomberg memperkirakan, inflasi Rusia akan mencapai 7,8% pada akhir tahun. Sedangkan, Elvira Nabiullina, Gubernur Bank Sentral Rusia, mengatakan, inflasi akan berada di kisaran 8% tahun ini.

Dmitry Polevoy, Kepala Ekonom ING Groep NV untuk Rusia, mengatakan, ancaman kenaikan harga pangan kemungkinan tidak akan berlanjut di kuartal IV–2014 dan semester pertama tahun depan. "Apalagi ada perkiraan panen akan baik," kata Polevoy.

Embargo pangan Rusia melarang impor makanan seperti daging, ikan, produk susu, buah dan sayur dari AS, Uni Eropa, Kanada, Norwegia, dan Australia selama setahun, sebagai balasan atas sanksi ekonomi bagi perusahaan-perusahaan dan beberapa pejabat penting Rusia. Pasokan makanan yang berkurang ini memicu harga pangan membubung. Di sisi lain, larangan impor bahan pangan dari Uni Eropa menyebabkan Komisi Eropa harus turun tangan membantu para petani Uni Eropa.

Pekan lalu, Komisi Eropa mengucurkan bantuan sekitar € 165 juta untuk membantu para petani buah dan sayur. Ekspor pertanian dari Uni Eropa ke Rusia bernilai sekitar € 11 miliar per tahun. Komisi Eropa mengatakan, embargo Rusia menurunkan ekspor produk pertanian hingga € 5 miliar. Harga buah dan sayur di Eropa turun dan pasokan kian berlebih.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie