Inflasi Tahun Ini Diramal Stabil, Bisa Menanjak di Semester II 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah optimistis inflasi pada tahun 2024 bisa terjaga di kisaran 2,5% plus minus 1%, di tengah tekanan global maupun domestik. Tahun ini, harga pangan masih bergerak fluktuatif di tengah gejolak El Nino.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Ferry Irawan mengatakan, pergerakan harga pangan yang bisa naik atau turun tersebut masih relatif moderat dan setidaknya akan berlangsung sampai April 2024. Dia menambahkan, potensi peningkatan permintaan masyarakat karena momen masa pemilu (Pileg dan Pilpres) 2024. Ramadan dan Idul Fitri pada Maret hingga April 2024 juga diperkirakan akan mewarnai pergerakan harga pangan tahun depan.

Meski begitu, Ferry optimistis inflasi domestik masih akan terjaga pada kisaran 2,5% plus minus 1% sesuai target pemerintah. Inflasi ini bisa terjaga diantaranya dengan beberapa program dan kebijakan tahun ini yang akan diteruskan pemerintah tahun ini.


“Di tengah berbagai tekanan baik dari global maupun dalam negeri yang terus dicermati, pemerintah tetap optimistis inflasi pada tahun 2024 diperkirakan terkendali pada rentang target sasaran 2,5% plus minus 1%,” tutur Ferry kepada Kontan.co.id, Kamis (28/12).

Baca Juga: Inflasi Tahunan 2023 Diprediksi Turun Signifikan Ketimbang 2022

Beberapa upaya yang akan dilakukan pemerintah untuk mengendalikan inflasi antara lain memonitor perkembangan harga maupun ketersediaan komoditas pangan strategis seperti beras, aneka cabai, aneka bawang, dan komoditas pangan lainnya. Khususnya untuk komoditas beras, penguatan cadangan beras pemerintah (CBP) akan dijaga pada level kisaran 1,2 juta ton.

Ferry mencatat, ada sekitar 1,4 juta ton CBP per 26 Desember. Dari total cadangan tersebut yang dikelola langsung oleh Bulog sebanyak 1,16 juta ton, dan diperkirakan akan meningkat jadi 1,2 juta ton hingga akhir 2023.

Stok tersebut, lanjut Ferry nantinya akan menjadi stok persediaan beras yang bisa digunakan pada Januari 2024, untuk menjaga harga beras agar tetap terkendali. Sebagai salah satu langkah penguatan CBP, pemerintah telah menugaskan Bulog untuk mengimpor 2 juta ton beras untuk tahun 2024.

“Terkait dengan rencana realisasinya ke depan, tentu pemerintah akan memperhatikan secara cermat kondisi penyerapan dalam negeri,” kata Ferry.

Baca Juga: Inflasi Diprediksi Naik Mulai Pertengahan Tahun 2024, Ini Pendorongnya

Pemerintah juga akan melanjutkan Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras dan Operasi Pasar Murah di berbagai daerah, utamanya untuk komoditas pangan yang mengalami gejolak harga.

Program tersebut juga didukung melalui fasilitasi distribusi pangan yang dikoordinasikan oleh Badan Pangan Nasional. Selanjutnya, Pemerintah juga menyalurkan Stabilisasi Pasokan Dan Harga Pangan (SPHP) jagung kepada peternak. Ferry berharap, melalui program ini diharapkan dapat menjaga harga telur maupun daging ayam tetap terkendali.

Lebih lanjut, dalam rangka menjaga daya beli masyarakat miskin dan rentan maupun menjaga stabilisasi harga pangan utamanya beras, Pemerintah juga akan melanjutkan bantuan pangan beras sebanyak 10 kilogram per keluarga penerima manfaan (KPM) hingga Juni 2024.

“Pemerintah (pusat dan daerah) serta Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dan sinergi dalam wadah TPIP-TPID melalui berbagai inovasi program untuk pengendalian inflasi khususnya inflasi pangan,” ungkapnya. 

Baca Juga: Begini Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Tahun Depan

Pengamat Ekonomi Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita memperkirakan, inflasi di pertengahan tahun akan meningkat imbas berakhirnya masa panen raya. Alhasil, harga pangan berpotensi naik.

“Inflasi yang meningkat akan terasa setelah kuartal pertama, karena imbas panen raya mulai melemah, harga-harga akan mulai naik setelah pertengahan tahun,” tutur Ronny kepada Kontan.co.id, Kamis (28/12).

Ronny menambahkan, kenaikan harga pangan tersebut nantinya akan berpengaruh kepada daya beli masyarakat yang menurun. Penurunan daya beli ini diperkirakan akan berlangsung pada kuartal III dan IV 2024.

“Jadi pengaruh inflasi terhadap daya beli masyarakat akan terasa pertengahan tahun sampai akhir tahun, bukan di kuartal I dan II,” ungkapnya.

Baca Juga: Inflasi Diperkirakan 2,81% di Akhir Tahun 2023, Ini Sentimen yang Mendorongnya

Ronny menggambarkan, pada awal tahun kondisi pasokan komoditas pangan pokok memang akan terganggu oleh adanya kemarau panjang. Sehingga akan terjadi ketidakseimbangan permintaan dan penawaran, yang membuat beberapa harga komoditas pokok sangat fluktuatif belakangan ini, seperti beras, cabe, telur, dan lainnya.

Menurutnya, jika pemerintah berhasil mendatangkan pasokan baru dari impor sampai menjelang masa musim puncak permintaan, yakni Ramadan dan Lebaran, maka gejolak harga di kuartal I 2024 akan bisa diredam.

“Apalagi Lebaran terjadi berdekatan dengan masa panen raya, yakni Maret dan April, semestinya harga komoditas seperti beras, bawang merah, dan cabe, bisa terkendali jelang Lebaran. Apalagi jika pasokan impor sudah datang di masa peak season permintaan tersebut,” imbuh Ronny.

Karena inflasi pada kuartal I 2024 diperkirakan tidak akan terlalu tinggi, Ronny juga memperkirakan pengaruhnya ke daya beli masyarakat akan minim. Hal ini karena kenaikan upah minimum tahun depan akan menetralisir inflasi yang tidak terlalu tinggi.

Ronny memperkirakan inflasi pada awal tahun hingga pertengahan tahun di kisaran 2% hingga 3%, sedangkan pada pertengahan hingga akhir tahun 2024 di kisaran 3% plus minus 1%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati