KONTAN.CO.ID - JAKARETA. Bank Sentral Turki kembali mengerek suku bunga acuan utamanya sebesar 2,5% pada hari Kamis, 25 Januari 2024. Kenaikan suku bunga ini sebagai upaya terbaru bank sentral ini untuk mengendalikan inflasi yang melonjak tinggi. Inflasi tinggi di Turki membuat beberapa rumah tangga sulit memenuhi kebutuhan dasar mereka. Inflasi di Turki mencapai hampir mencapai 65% pada bulan Desember 2023. Hal ini mendorong bank sentral untuk melakukan kenaikan suku bunga ke-8 sejak Presiden Recep Tayyip Erdoğan meninggalkan kebijakan ekonomi yang tidak konvensional. Kebijakan kenaikan suku bunga tersebut dianggap oleh para ekonom sebagai pemicu krisis mata uang dan kenaikan biaya hidup yang menyulitkan banyak rumah tangga di Turki.
Dengan kenaikan sebesar 2,5% kini suku bunga acuan di Turki mencapai 45%. Kenaikan ini menandai kebijakan ketujuh sejak Presiden Erdoğan mengubah kebijakan ekonominya setelah berpegang pada kebijakan tidak konvensional untuk memerangi inflasi. Presiden Erdoğan, yang telah lama menganut kebijakan tidak konvensional dengan menurunkan suku bunga untuk melawan inflasi. Kebijakan ini berbeda dengan pemikiran ekonomi arus utama yakni mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga guna menyedot uang beredar di masyarakat.
Baca Juga: Turki Akhirnya Restui Swedia Bergabung dengan NATO Seperti kita tahu, bank sentral Turki bergerak berlawanan pada saat pemulihan pascapandemi dan menghadapi risiko akibat perang Rusia di Ukraina. Meskipun bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga secara cepat untuk menargetkan lonjakan harga konsumen yang terkait dengan pemulihan ekonomi global. Kenaikan suku bunga pada bulan Januari 2024 mungkin masih tidak cukup untuk mengendalikan inflasi tinggi di Turki. Bank sentral Turki menyatakan akan "terus menggunakan semua alat kebijakan moneter yang ada dengan tegas sesuai dengan tujuannya utama, yaitu menjaga stabilitas harga." Namun, analis menyatakan bahwa kenaikan suku bunga di Turki ini mungkin tidak cukup untuk mengendalikan inflasi. Bartosz Sawicki, analis pasar di Conotoxia fintech, mengatakan dalam catatan kepada kantor berita AP bahwa "pengetatan kumulatif sebesar 3.650 basis poin mungkin tidak cukup untuk secara tegas mengendalikan masalah inflasi yang sudah lama mendera Turki." Dia menambahkan bahwa kelompoknya tidak mengharapkan kenaikan suku bunga lebih lanjut menjelang pemilihan lokal yang dijadwalkan pada Maret.
"Akibat kenaikan suku bunga sebesar 2,5% menjadi 45%, kemungkinan tidak cukup untuk mulai menurunkan inflasi dalam waktu dekat," kata Cagri Kutman, spesialis pasar Turki di KNG Securities berbasis di London. Langkah ini menandai perubahan cepat dalam kebijakan moneter Turki setelah Erdoğan memenangkan periode ketiga dalam jabatannya pada Mei. Erdoğan menunjuk tim ekonomi baru yang dipimpin oleh mantan bankir Merrill Lynch, Mehmet Şimşek, yang kembali menjabat sebagai menteri keuangan.
Hafize Gaye Erkan, mantan eksekutif bank berbasis di AS, menjadi gubernur bank sentral pada Juni, menjadi perempuan pertama yang memegang posisi tersebut di Turki. Di bawah kepemimpinannya, biaya pinjaman telah meningkat dari 8,5% menjadi 45%. Sebelumnya, Erdoğan telah memberhentikan pemerintahan pusat yang dilaporkan menentang dorongannya untuk menurunkan suku bunga. Minggu lalu, Erkan membantah tudingan oleh surat kabar Turki yang menyebut bahwa ayahnya memengaruhi bank tersebut dan telah memberhentikan seorang pegawai bank. Tudingan itu telah memicu spekulasi tentang kemungkinan pemecatan Erkan dari jabatannya. Presiden Erdoğan, bagaimanapun, memberikan dukungan kepada gubernur bank sentral pekan ini, menolak laporan tersebut sebagai "desas-desus irasional yang dirancang untuk menghancurkan iklim kepercayaan dan stabilitas dalam ekonomi yang telah kita capai dengan kesulitan besar."
Editor: Syamsul Azhar