Info IPO terbesar dunia masih dilingkupi misteri



KONTAN.CO.ID - RIYADH. Kebingungan masih melingkupi rencana initial public offering (IPO) terbesar dunia, yakni Saudi Aramco. Banyak market player yang berharap adanya klarifikasi lebih jauh dari pemerintah Arab Saudi terkait hal ini.

Padahal pada tahun lalu, kehebohan mengenai rencana IPO perusahaan milik pemerintah Arab Saudi ini terbilang tinggi. Sebab, investor melihat perkembangan yang serius atas upaya Arab Saudi untuk mengurangi ketergantungannya terhadap minyak. Namun melihat perkembangan sekarang, muncul spekulasi bahwa rencana pencatatan saham perusahaan minyak tersebut ditunda.

Menurut Ayham Kamel, head of Middle East and North Africa Eurasia Group, Arab Saudi dapat menggunakan konferensi mendatang yang dihelat oleh Public Investment Fund untuk membagikan informasi terkini mengenai rencana tersebut.


"Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman akan menghadiri Pertemuan Investasi Masa Depan yang diselenggarakan di Riyadh bulan ini dan dapat menggunakan kesempatan tersebut untuk menguraikan rencana pemerintah," jelas Kamel.

Pertemuan yang akan dihelat dari 24-26 Oktober 2017, diharapkan dapat menarik beberapa pemimpin bisnis global dan manajer aset seperti CEO BlackRock Larry Fink, CEO HSBC Stuart Gulliver dan CEO SoftBank Masayoshi Son.

Laporan Financial Times menuliskan, rumor yang beredar pada pekan lalu, Kerajaan yang dipimpin oleh Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dan Pangeran Mahkota bin Salman, dapat membatalkan rencana IPO internasional di 2018 dan lebih memilih penempatan saham pribadi sebagai gantinya.

Kendati demikian, Menteri Energi Khalid Al-Falih dan Pimpinan Aramco telah membantah klaim tersebut. Sebaliknya, mereka mengatakan kepada CNBC saat ini Aramco tengah melakukan persiapan untuk debut internasional perusahaan.

Namun, sejumlah analis masih tetap skeptis.

"Satu hal yang sangat saya yakini adalah pemerintah Arab Saudi tidak mengetahui apa yang akan mereka lakukan. Bagi saya, mereka kelihatannya tidak memiliki rencana yang teratur," jelas Kamran Bokhari, analis senior dari Geopolitical Futures sekaligus peneliti senior dari Center for Global Policy.

Aramco, produsen minyak terbesar di muka bumi, diprediksi akan mencatatkan sahamnya di bursa saham Arab Saudi -The Tadawul- pada tahun depan.

"Retorita teranyar dari menteri perminyakan Arab Saudi merujuk pada fakta bahwa review masih terus berlangsung dan dengan pertimbangan keputusan ini, saya cenderung berpikir bahwa ini mungkin merupakan hal ini masih akan buram bagi market hingga ada keputusan pasti," kata Jingyi Pan, ahli strategi market IG.

Banyak pihak yang meyakini bahwa Riyadh tidak akan sepenuhnya mengabaikan rencana IPO internasional mengingat pentingnya program transformasi ekonomi bangsa, yang dikenal dengan sebutan Vision 2030.

"Putra Mahkota bin Salman akan sulit untuk mengabaikan komitmennya untuk meningkatkan transparansi di Aramco dan kerajaan," kata Kamel dari Eurasia.

Diluncurkan pada tahun lalu, Vision 2030 bertujuan untuk mendiversifikasi pendapatan Arab Saudi dari energi. Hanya saja, kemajuan program Vision 2030 ini tetap lamban, sehingga menimbulkan keraguan atas kelayakan inisiatif tersebut.

Sementara itu, Khatija Haque, kepala riset Timur Tengah dan Afrika Utara di grup perbankan Emirates NBD mengatakan, pertumbuhan PDB non-minyak Arab Saudi pada 2017 diperkirakan akan lebih lemah dibandingkan dengan bagian pertama dekade ini karena turunnya harga minyak dan konsolidasi fiskal.

Kamal menilai, menunda IPO dari 2018 ke tahun 2019 merupakan langkah yang masuk akal bagi Riyadh. Sebab, hal ini tidak hanya memberi pemerintah Arab Saudi lebih banyak fleksibilitas untuk mencatatkan sahamnya ketika harga minyak menguat. Selain itu, penundaan tersebut juga dapat mendukung proses suksesi dan memberikan raja keuntungan politik.

Tapi Bokhari mengatakan bahwa sangat mungkin pelaksanaan IPO Aramco ditunda. "Sepertinya salah satu hal yang mereka lalui hanya untuk melihat respons seperti apa yang akan mereka dapatkan," katanya. Alasan utama dihelatnya pelaksanaan IPO internasional ini adalah meningkatkan sumber pendapatan non-minyak, sehingga para petinggi Arab Saudi mungkin saja sudah puas dengan private sale.

Selain waktu, lokasi pelaksanaan IPO juga tetap menjadi misteri. Sejumlah tempat seperti New York, London, Tokyo dan Hong Kong disebut-sebut sebagai tuan rumah saham Aramco.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie