JAKARTA. Penurunan peringkat daya saing Indonesia oleh World Economic Forum dari 44 ke 46, diamati ekonom A. Prasetyantoko disebabkan oleh faktor infrastruktur. Dijelaskannya, faktor jalan raya dan pelabuhan biasanya menyumbang skor paling buruk. "Padahal dua hal itu sangat menentukan efisiensi pengiriman barang (logistik)," katanya. Ia juga mengatakan, penerapan sistem cargo di bandara yang membuat kisruh juga menjadi faktor yang membuat daya saing melemah, dari sisi infrastruktur. Menurutnya jika dilihat dari tahun lalu, kenaikan daya saing lebih dipicu oleh variabel stabilitas makro ekonomi. Sementara variabel-variabel kunci seperti faktor infrastruktur, birokrasi dan institusi tidak ada peningkatan yang berarti. "Jadi kalau sekarang kembali turun, wajar saja, karena variabel stabilitas makro cenderung berubah-ubah. Dugaan saya faktor infrastruktur menjadi penyebab turunnya indeks," katanya lagi. Hal senada dikatakan pengamat ekonomi Destry Damayanti. Ia menduga, penurunan ini bukan disebabkan dari aspek ekonomi makro. Karena sejauh ini perekonomian Indonesia tengah meningkat terlebih Indonesia menjadi product business yang menarik. "Sumber daya alam Indonesia melimpah, penduduknya usia produktif. Saya rasa tidak ada masalah dalam sektor ini," ujarnya. Sama seperti Prasetyantoko, menurut Destry, faktor infrastruktur dan berbagai regulasi dari pemerintah menjadi penyebab penurunan daya saing. "Menurut saya tetap yang jadi kendala adalah infrastruktur dan doing business, seperti peraturan pembebasan lahan yang sampai sekarang belum ada hasilnya," katanya. Destry juga mengatakan, pemerintah harus mewaspadai hal-hal seperti ini karena bisa membuat momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi terhambat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Infrastruktur buruk membuat Indonesia turun peringkat daya saing
JAKARTA. Penurunan peringkat daya saing Indonesia oleh World Economic Forum dari 44 ke 46, diamati ekonom A. Prasetyantoko disebabkan oleh faktor infrastruktur. Dijelaskannya, faktor jalan raya dan pelabuhan biasanya menyumbang skor paling buruk. "Padahal dua hal itu sangat menentukan efisiensi pengiriman barang (logistik)," katanya. Ia juga mengatakan, penerapan sistem cargo di bandara yang membuat kisruh juga menjadi faktor yang membuat daya saing melemah, dari sisi infrastruktur. Menurutnya jika dilihat dari tahun lalu, kenaikan daya saing lebih dipicu oleh variabel stabilitas makro ekonomi. Sementara variabel-variabel kunci seperti faktor infrastruktur, birokrasi dan institusi tidak ada peningkatan yang berarti. "Jadi kalau sekarang kembali turun, wajar saja, karena variabel stabilitas makro cenderung berubah-ubah. Dugaan saya faktor infrastruktur menjadi penyebab turunnya indeks," katanya lagi. Hal senada dikatakan pengamat ekonomi Destry Damayanti. Ia menduga, penurunan ini bukan disebabkan dari aspek ekonomi makro. Karena sejauh ini perekonomian Indonesia tengah meningkat terlebih Indonesia menjadi product business yang menarik. "Sumber daya alam Indonesia melimpah, penduduknya usia produktif. Saya rasa tidak ada masalah dalam sektor ini," ujarnya. Sama seperti Prasetyantoko, menurut Destry, faktor infrastruktur dan berbagai regulasi dari pemerintah menjadi penyebab penurunan daya saing. "Menurut saya tetap yang jadi kendala adalah infrastruktur dan doing business, seperti peraturan pembebasan lahan yang sampai sekarang belum ada hasilnya," katanya. Destry juga mengatakan, pemerintah harus mewaspadai hal-hal seperti ini karena bisa membuat momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi terhambat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News