KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit infrastruktur nampaknya akan mulai deras di tahun 2019. Alasannya, pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo menargetkan sejumlah proyek infrastruktur besar akan selesai di tahun 2018-2019. Dalam pertemuannya dengan Bank Indonesia (BI) dan industri perbankan (27/11), Jokowi menyebutkan sejumlah proyek yang diprediksi selesai pada awal tahun 2019. Antara lain, tol Jakarta-Surabaya yang ditarget rampung Desember 2018. Merak-Banyuwangi ditarget selesai tahun 2019, Trans Sumatera Bakauheni-Terbanggi Besar selesai Desember 2018. Lalu, tol Bakauheni-Palembang yang dipercepat selesai April 2019. Ada pula Pelabuhan Kuala Tanjung Sumatra Utara dan Makassar New Port yang selesai 2019 serta Runway 3 Soekarno Hatta di pertengahan tahun 2019.
Executive Vice President Corporate Banking Group PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Yuli Melati Suryaningrum mengatakan kredit infrastruktur memang menjadi kunci utama penyaluran kredit bank besar. Setidaknya, dari seluruh proyek besar tersebut empat bank besar di Tanah Air yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) ikut serta dalam pembiayaan kredit sindikasi. "Empat bank besar kemampuannya lebih besar dan semua ikut untuk penyaluran kredit ke infrastruktur. Karena nilainya cukup besar, jadi memang harus sindikasi," ujarnya di Jakarta, Rabu (28/11). Walau tak bisa memprediksi peningkatan di tahun depan, Yuli meyakini kalau penyaluran kredit infrastruktur akan lebih tinggi di tahun depan lantaran ada banyak penarikan di 2019. Sebagai informasi saja, per akhir September 2018, kredit korporasi meningkat 23,3%
year on year (yoy) menjadi Rp 199,2 triliun. Namun, dari penyaluran tersebut infrastruktur nyatanya tidak menjadi kredit yang dominan di penyaluran kredit korporasi BCA. Menurutnya, porsi kredit infrastruktur hanya sebesar 7% dari total portofolio kredit korporasi BCA. Sebab BCA hanya memasukkan sektor energi (pembangkit tenaga listrik), jalan tol, pelabuhan, bandara, kereta api sebagai kredit infrastruktur. "Infrastruktur itu porsinya sekitar 7%, masing-masing bank bisa beda. Karena kalau di kami misalnya, infrastruktur itu ada
power plant, jalan tol, pelabuhan, bandar udara, kereta api. Rata-rata memang beda," tambahnya. Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta secara tegas memastikan kredit infrastruktur di tahun depan bakalan melejit. "Diharapkan tahun 2019 kredit infrastruktur dapat tumbuh di kisaran 12%," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (28/11). Herry menyebut untuk di tahun ini saja ruang pertumbuhan kredit infrastruktur masih terbuka lantaran masih terdapat potensi penambahan kredit infrastruktur di pipeline BNI. "Sampai dengan kuartal III-2018 kredit infrastruktur BNI sebesar Rp 110,6 triliun. Sampai dengan akhir 2018 ini masih terdapat potensi penambahan kredit dalam pipeline kami," ujarnya. Lebih lanjut, bank berlogo 46 ini menuturkan kredit infrastruktur BNI terutama didorong dari proyek di sektor jalan tol/konstruksi, sektor transportasi dan telekomunikasi.
Herry menjelaskan, kredit infrastruktur juga menjadi andalan penggerak bisnis BNI. Terbukti dari komposisi kredit infrastruktur terhadap total BNI sampai dengan kuartal III-2018 sudah 24%. Dalam penyaluran kredit infrastruktur, BNI juga menggandeng anak perusahaan yaitu BNI Syariah untuk memberikan solusi bagi nasabah atau debitur. "BNI juga melakukan sinergi dengan anak perusahaan, terutama pada saat nasabah akan melakukan aksi korpoasi pada saat melakukan IPO, penerbitan obligasi atau MTN," katanya. Baru-baru ini, sejumlah bank juga menyalurkan kredit infrastruktur untuk proyek jalan tol Semanan-Sunter dan Sunter-Pulo Gebang dengan skema sindikasi bersama 29 bank konvensional dan syariah sebesar Rp 13,7 triliun. Dalam proyek ini BNI tercatat memberikan pembiayaan sebesar Rp 2 triliun sebagai
Joint Mandated Lead Arranger (JMLAB). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi