JAKARTA. Percepatan proyek infrastruktur menjadi senjata pemerintah mendorong perekonomian Indonesia. Sejak awal pemerintahan baru, Presiden Joko Widodo terus konsisten mendorong proyek infrastruktur, mulai dari anggaran yang berkali lipat, hingga mengundang banyak investor dari luar negeri. Namun nyatanya realisasi proyek infrastruktur belum sesuai dengan harapan, demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi. Menjelang akhir semester pertama tahun ini, realisasi anggaran infrastruktur belum terlalu besar, tingkat inflasi masih tinggi, dan pertumbuhan ekonomi belum mampu menembuh 5%. Liliana S. Bambang, analis Mandiri Sekuritas memperkirakan penjualan semen hingga akhir tahun ini akan turun 2% year on year (yoy) dari 59,9 juta ton menjadi 58,7 juta ton. "Kami berharap penjualan semen di semester kedua lebih baik, dengan pertumbuhan 3% yoy," paparnya dalam riset akhir pekan lalu. Awalnya, Liliana optimistis pada pertumbuhan penjualan semen tahun ini. Namun, dengan banyaknya tantangan sektor properti ditambah dengan resiko eksekusi infrastruktur, Liliana khawatir target pertumbuhan sektor semen tidak tercapai. Liliana memprediksi pertumbuhan penjualan semen akan lebih kuat di tahun 2016 - 2017 dengan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 9%. Liliana lebih yakin peluncuran proyek infrastruktur akan jauh lebih kencang di tahun depan, apalagi dengan penerapan hukum pembebasan tanah yang baru. Meski ada potensi pertumbuhan semen tahun depan, Liliana masih memberi rekomendasi underweight sektor semen, mengingat tahun ini ada ancaman kelebihan pasokan. Dengan perlambatan ekonomi, Liliana khawatir kelebihan pasokan akan memicu persaingan agresif dianatra produsen semen. "Kami memperkirakan tingkat utilisasi industri menurun dari 88% di tahun 2014 menjadi 73% di tahun 2016," lanjutnya. Menurut Liliana, pertumbuhan rata-rata harga semen akan terbatas karena kelebihan pasokan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Infrastruktur lambat, ada kelebihan pasokan semen
JAKARTA. Percepatan proyek infrastruktur menjadi senjata pemerintah mendorong perekonomian Indonesia. Sejak awal pemerintahan baru, Presiden Joko Widodo terus konsisten mendorong proyek infrastruktur, mulai dari anggaran yang berkali lipat, hingga mengundang banyak investor dari luar negeri. Namun nyatanya realisasi proyek infrastruktur belum sesuai dengan harapan, demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi. Menjelang akhir semester pertama tahun ini, realisasi anggaran infrastruktur belum terlalu besar, tingkat inflasi masih tinggi, dan pertumbuhan ekonomi belum mampu menembuh 5%. Liliana S. Bambang, analis Mandiri Sekuritas memperkirakan penjualan semen hingga akhir tahun ini akan turun 2% year on year (yoy) dari 59,9 juta ton menjadi 58,7 juta ton. "Kami berharap penjualan semen di semester kedua lebih baik, dengan pertumbuhan 3% yoy," paparnya dalam riset akhir pekan lalu. Awalnya, Liliana optimistis pada pertumbuhan penjualan semen tahun ini. Namun, dengan banyaknya tantangan sektor properti ditambah dengan resiko eksekusi infrastruktur, Liliana khawatir target pertumbuhan sektor semen tidak tercapai. Liliana memprediksi pertumbuhan penjualan semen akan lebih kuat di tahun 2016 - 2017 dengan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 9%. Liliana lebih yakin peluncuran proyek infrastruktur akan jauh lebih kencang di tahun depan, apalagi dengan penerapan hukum pembebasan tanah yang baru. Meski ada potensi pertumbuhan semen tahun depan, Liliana masih memberi rekomendasi underweight sektor semen, mengingat tahun ini ada ancaman kelebihan pasokan. Dengan perlambatan ekonomi, Liliana khawatir kelebihan pasokan akan memicu persaingan agresif dianatra produsen semen. "Kami memperkirakan tingkat utilisasi industri menurun dari 88% di tahun 2014 menjadi 73% di tahun 2016," lanjutnya. Menurut Liliana, pertumbuhan rata-rata harga semen akan terbatas karena kelebihan pasokan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News