Infrastruktur mendorong penjualan alat berat



JAKARTA. Rencana PT Caterpillar Indonesia menambah kapasitas produksi alat berat di Cileungsi, Bogor, awal tahun nanti terpaksa ditunda. Penyebabnya tidak lain adalah penurunan bisnis di sektor pertambangan, terutama batubara akibat harga batubara yang terjerembab.

Menurut Country Manager Caterpillar Inc untuk wilayah Cina, India dan Asia Tenggara, Kevin Thieneman, penundaan ini masih belum bisa dipastikan sampai kapan. "Menunggu situasi sektor pertambangan di Indonesia pulih kembali," katanya kemarin.

Selain itu, kebijakan soal mineral dan batubara (minerba) yang mengharuskan petambang membangun smelter dan membatasi ekspor hasil tambang juga turut mempengaruhi bisnis pertambangan di Indonesia.


Sejatinya, perusahaan alat berat asal Amerika Serikat ini  berencana menaikkan kapasitas produksi pabriknya dari 1.050 unit per tahun menjadi 2.040 unit per tahun. Perusahaan ini sudah menganggarkan dana antara US$ 40 juta - US$ 50 juta untuk perluasan pabrik tersebut.

Meski menunda penambahan kapasitas pabrik, rencana Caterpillar Indonesia yang lain, pembangunan pabrik bodi truk tetap berjalan sesuai rencana. Pabrik bernilai US$ 150 juta ini bakal beroperasi pada Januari 2013.

Andalkan pasar kawasan Asia

Kevin menilai, dalam beberapa tahun mendatang, belanja infrastruktur di Indonesia bakal membengkak.

Caterpillar mencatat, belanja infrastruktur untuk sektor transportasi tahun 2011 sebesar US$ 23,14 miliar, prediksi tahun 2020 bakal menjadi US$ 206,44 miliar. Begitu pula di sektor tambangan, di mana tahun 2011 sebesar US$ 22,25 miliar, di 2020 membengkak jadi US$ 198,5 miliar. "Ini jelas potensi bisnis yang positif bagi kami," katanya.

Kevin menjelaskan, pembelian area untuk pabrik di Batam ini sudah dimulai sejak 2008. Namun pembangunannya sempat tertunda di tahun 2009 akibat imbas krisis keuangan global.

Diharapkan, konstruksi pabrik ini bisa selesai di Desember nanti. Ia menargetkan, kapasitas produksi pabrik di Batam bakal tiga kali lipat lebih besar ketimbang pabrik yang ada di Cileungsi.

Ke depan, Caterpillar melihat pasar alat berat di Asia, termasuk Indonesia bakal terus tumbuh. Apalagi, kontribusi penjualan Caterpillar di kawasan Asia memberi kontribusi sekitar 50% dari total pendapatan Caterpillar secara global.

Pada kuartal III 2012, Caterpillar Inc. mencatat pendapatan sebesar US$ 16,44 miliar, naik 5% dari kuartal III 2011 yang sebesar US$ 15,72 miliar. Meski begitu, target pendapatan tahun ini turun 2% menjadi US$ 66 miliar akibat krisis global. Tahun lalu, pendapatan Caterpillar Inc sebesar US$ 68 miliar.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri