JAKARTA. Harga tembaga tergerus akibat spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed. Padahal permintaan tembaga untuk pembangunan infrastruktur di Asia Tenggara tengah meningkat. Mengutip Bloomberg Jumat (19/8), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,23% dibandingkan hari sebelumnya, menjadi US$ 4.798 per metrik ton. Sepekan terakhir harga tembaga menguat 0,15$. Analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim mengatakan, harga tembaga tergerus akibat spekulasi pasar mengenai kenaikan suku bunga AS.
Ada dua kubu di The Fed yang berbeda pandangan. Kubu pertama ingin The Fed menaikkan suku bunga pada September 2016. Tapi, kubu kedua menilai The Fed tidak perlu menaikkan suku bunga. Pelemahan harga tembaga juga disebabkan penurunan transaksi jual beli tembaga. Aktivitas ekspor dan impor tembaga di Jepang dan China melorot. Pengiriman kabel tembaga Juli 2016 dari Jepang menurun 6,6% menjadi 56.800 metrik ton dibandingkan tahun lalu. Impor tembaga dari China juga anjlok 22% menjadi 280.000 metrik ton pada Juli 2016. Namun, ekspor tembaga campuran China meningkat 4,1% menjadi 310.000 metrik ton pada Juli 2016. Padahal ada sentimen positif dari Asia Tenggara yang menyokong komoditas tembaga. Thailand, Vietnam dan Indonesia tengah menggenjot pembangunan infrastruktur. Thailand menggelontorkan dana US$ 50 miliar untuk pembangunan infrastruktur. Vietnam bakal membangun proyek kereta api senilai US$ 10 miliar. Di Indonesia, pemerintahan Joko Widodo menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai fokus. Ibrahim menilai, pembangunan infrastruktur akan mengerek permintaan tembaga.