Ingat, tak semua sakit harus minum antibiotik



Jakarta. Pekan lalu (19/4) Kementerian Kesehatan menggelar pertemuan dengan sejumlah pakar untuk menghimbau masyarakat agar lebih bijak dalam konsumsi antibiotik. Alasannya, tentu saja karena antibiotik sudah menjadi jenis obat yang familiar dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Tetapi tahukah anda? Penggunaan antibiotik secara berlebihan dapat menyebabkan risiko resistensi tubuh terhadap antibiotik atau menjadi kebal antibiotik. Pasalnya, jika masalah resistensi antibiotika tidak diatasi para pakar memperkirakan bahwa pada tahun 2050, sedikitnya 10 juta orang di dunia meninggal akibat resistensi antibiotik.

Anggota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA), Prof. Kuntaman dalam siaran persnya (19/4) menjelaskan bahwa masyarakat harus lebih memahami jenis penyakit yang diderita. "Tidak semua infeksi disebabkan oleh bakteri, seperti demam misalnya. Sehingga tidak semua infeksi membutuhkan antibiotika" katanya.


Lebih lanjut, Kuntaman juga menambahkan sebenarnya sifat resisten pada bakteri awalnya tidak merugikan dan justru merupakan penyeimbang. Namun penggunaan antibiotik secara berlebihan dapat mengakibatkan sifat resisten yang semula menguntungkan malah berbalik menjadi ancaman atau infeksi opportunistic.

"Mikroflora atau bakteri baik di dalam tubuh berfungsi sebagai vaksin alami. Namun, resistensi antibiotika menyebabkan proteksi tubuh melemah dan justru menjadi sumber penyakit" tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto