Inggris akan memulai proses Brexit April 2017



LONDON. Perdana Menteri Inggris Theresa May pada Minggu (2/10) kemarin menyatakan, Inggris akan merilis proses formal untuk hengkang dari Uni Eropa sebelum April 2017. Pernyataan May tersebut menjawab beragam spekulasi mengenai waktu pelaksanaan Brexit.

May memberikan konfirmasi rencananya dalam wawancara dengan BBC menjelang pidato konferensi tahunan Partai Konservatif di Birmingham.

"Saya akan menyatakan dalam pidato saya hari ini bahwa kami akan memulai proses (Brexit) sebelum akhir Maret tahun depan," katanya.


Meski PM Inggris sudah memberikan sedikit bocoran mengenai pelaksanaan Brexit, namun banyak pengamat yang berspekulasi bahwa May akan menunggu hingga pemilihan umum presiden Prancis berakhir pada Mei mendatang.

Sekadar mengingatkan, warga Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa pada sebuah referendum yang digelar Juni lalu. Namun, hingga saat ini, Inggris belum secara formal mengajukan pasal dari kesepakatan Uni Eropa untuk bernegosiasi. Dengan meluncurkan proses ini, secara otomatis Inggris memiliki waktu dua tahun untuk merundingkan secara detil hubungan masa depan Inggris dengan pasar tunggal Eropa.

Waktu dua tahun itu sesuai dengan pakta Uni Eropa. Meski demikian, waktu tersebut bisa diperpanjang sesuai hasil voting dengan anggota blok lainnya.

May juga menyatakan, dia akan meminta Parlemen untuk mencabut Europen Communities Act, yang secara otomatis membuat undang-undang Eropa berlaku di Inggris.

"Ini artinya Inggris akan menjadi negara independen, dan negara yang berdaulat. Inggris akan menggunakan undang-undangnya sendiri," papar May.

Menurut May, dengan menentukan waktu proses Brexit, dia berharap hal itu dapat mendorong dua pihak untuk bekerjasama sehingga negosiasi dapat berjalan lancar. Sejauh ini, pimpinan Eropa sudah menolak negosiasi dalam bentuk apapun.

Salah satu poin utama dalam perundingan ini nantinya adalah imigrasi. Pergerakan bebas tenaga kerja menjadi prinsip utama dari didirikannya Uni Eropa. Saat ini, jutaan warga Uni Eropa tinggal dan bekerja di Inggris.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie