Inggris dan Jerman Berjibaku Menyurung Perekonomian



LONDON. Inggris dan Jerman membikin gerakan secara terpisah pada hari Senin (12/1) untuk bertempur melawan perekonomian global yang kian memburuk. Sejumlah analis mengatakan bahwa upaya mereka tidaklah cukup. Hal ini sepertinya menegaskan bahwa AS akan menjadi negara pertama yang perekonomiannya akan segera pulih.

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown menegaskan bahwa pemerintah akan menganggarkan 500 miliar poundsterling atau sekitar US$ 775 miliar untuk mengongkosi perusahaan untuk menyewa pekerja.

Dengan rencana ini, perusahaan akan menerima hingga 2.500 poundsterling atau setara dengan US$ 3.800 untuk menyewa pekerja yang telah menganggur selama lebih dari 6 bulan. Lebih dari itu, Brown juga menjanjikan ekstra upaya untuk kembali mengucurkan pinjaman usaha yang telah macet.


Di Jerman, pemerintah konservatif Chancellor Angela Merkel telah menyetujui untuk berkoalisi dengan partnernya selama dua tahun senilai 50 miliar euro atau setara dengan US$ 67 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk mengongkosi infrastruktur, pemotongan pajak dan membiayai para penganggur.

Para analis industri finansial menyambut hangat inisiatif dua pemerintahan tersebut lantaran outlook perekonomian kian meremukkan Jerman dan Inggris dan juga seluruh dunia. Namun, mereka menyatakan bahwa mereka membutuhkan lebih dari itu.

"Eropa kini menggelinding lebih lambat daripada kura-kura," kata Marino Valensise, Chief Investment Officer Baring Asset Management.

Jerman boleh saja menjadi mesin utama penggerak perekonomian Eropa, tapi mereka juga punya trauma akan hiperinflasi yang pernah terjadi pada tahun 1920. Inilah yang membuat pemerintah Jerman agresif membabat bunganya dan berniat menggenjot public spending.

Kegigihan Eropa bakal teruji pada hari Kamis (15/1) nanti saat ECB berencana untuk memangkas kembali suku bunga acuannya.

Editor: