KONTAN.CO.ID - LONDON. Pada Kamis (7/11/2024), Pemerintah Inggris telah memberlakukan paket sanksi terbesar terhadap Rusia selama 18 bulan. Sanksi ini menargetkan orang-orang yang terlibat dalam perang Ukraina, kelompok tentara bayaran Afrika, dan serangan agen saraf di tanah Inggris.
Reuters melaporkan, kementerian luar negeri Inggris mengatakan telah memberikan sanksi kepada 56 badan dan individu, yang bertujuan untuk mengganggu upaya perang Presiden Rusia Vladimir Putin dan aktivitas jahat Rusia secara global.
Di antara mereka terdapat 10 entitas yang berbasis di Tiongkok yang dikatakan memasok mesin dan komponen untuk militer Rusia. "Langkah-langkah hari ini akan terus menekan kebijakan luar negeri Kremlin yang korosif, merusak upaya Rusia untuk mendorong ketidakstabilan di seluruh Afrika dan mengganggu pasokan peralatan vital untuk mesin perang Putin," kata menteri luar negeri Inggris David Lammy. Kedutaan Besar Rusia di London tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Baca Juga: Volodymyr Zelenskyy Ragu Donald Trump Mampu Hentikan Perang di Ukraina Sebagian besar tindakan tersebut ditujukan kepada perusahaan-perusahaan yang berkantor pusat di Rusia, Tiongkok, Turki, dan Kazakhstan yang dituduh membantu invasi Rusia ke Ukraina dengan memasok peralatan mesin, mikroelektronika, dan komponen untuk pesawat nirawak. Berdasarkan laporan
Reuters pada bulan September, mereka termasuk perusahaan-perusahaan yang menurut sumber intelijen Eropa merupakan bagian dari upaya Rusia untuk membangun program senjata di Tiongkok. Inggris juga mengatakan sanksi terbaru akan membahas aktivitas Rusia di Libya, Mali, dan Republik Afrika Tengah dengan menargetkan tiga kelompok tentara bayaran swasta yang memiliki hubungan dengan Kremlin, termasuk Korps Afrika yang dikendalikan Kremlin, dan 11 orang lainnya. Di antara orang-orang yang dijatuhi sanksi adalah Denis Sergeev, yang didakwa oleh polisi Inggris atas upaya pembunuhan terhadap mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia di kota Salisbury di Inggris selatan pada bulan Maret 2018.
Baca Juga: Vladimir Putin Ucapkan Selamat kepada Donald Trump dan Buka Peluang Dialog Sergeev, yang menurut Inggris bertindak dengan nama samaran Sergey Fedotov, adalah satu dari tiga orang Rusia yang dikatakan Inggris sebagai perwira intelijen militer GRU yang diduga melakukan serangan tersebut. Bulan lalu, penyelidikan publik atas kematian seorang wanita yang secara tidak sengaja diracuni oleh agen saraf mendengar bahwa Skripal yakin Putin sendiri yang memerintahkan serangan Novichok.
Moskow telah berulang kali menolak tuduhan Inggris bahwa mereka terlibat.
Tonton: Siapapun Pemenang Pemilu AS, Putin Tidak Terburu-buru untuk Akhiri Perang Ukraina Editor: Barratut Taqiyyah Rafie