KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
Fintech pinjam meminjam selama ini mengandalkan
artificial intelegence (AI) untuk menyeleksi peminjam. Tapi itu tak cukup masih perlu tim di daerah. ANDALAN
fintech peer to peer lending menjaga kredit macet adalah kecerdasan buatan atau
artificial intelligence (AI). Teknologi AI dinilai bisa menyeleksi calon peminjam dengan
track record sesuai karakter dan mencegah kredit macet. PT Mediator Komunitas Indonesia (Crowdo Indonesia) misalnya sejak berdiri pada tahun 2013 mengandalkan AI atau
machine learning yang dikembangkan sendiri. Teknologi kecerdasan buatan ini diberi nama Crowdo Ace.
General Manager Crowdo Indonesia Cally Alexandra mengaku, teknologi AI mampu menyisir calon peminjam secara akurat meski lokasinya jauh. Sistem AI akan menganalisis kredit berdasarkan data rekam jejak peminjam. Awalnya, peminjam mengisi data personal dan pekerjaan. Dari situ, AI akan menganalisis dan menghasilkan skor calon peminjam dari A sampai D."Penilaian Crowdo dari A+, A, B+, B, C dan D untuk calon peminjam, tetapi kami akan memberikan peminjam yang mendapatkan nilai A hingga C," ungkap Cally.Crowdo Ace bisa menangkap karakteristik berdasarkan demografi dan geografi peminjam, karena kebutuhan UKM sampai risiko berbeda. Sasaran peminjam Crowdo yakni Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sistem ini diklaim bisa menekan kredit macet Crowdo di 0,5%. Crowdo mengakui, kecanggihan AI belum mampu menangani kredit macet secara sempurna. Crowdo mengantisipasi dengan menghubungi peminjam hingga mendatangi langsung peminjam. Penagihan langsung dilakukan saat peminjam menunggak hingga 45 hari dan biasanya dikenakan denda 1%–2,5% per bulan. "Setelah bertemu langsung, kami tanya kendala pembayaran dan menjadwalkan ulang pembayaran kepada peminjam. Kami juga minta data dari rekening koran baru dan
invoice kalau diperlukan," jelas Cally. Saat ini, bunga pinjaman Crowdo 14% sampai 30% per tahun. Dari situ, Crowdo mendapatkan fee 3% per transaksi kepada debitur. Pemain lain adalah PT Mitrausaha Indonesia Group (Modalku) yang menggunakan sistem skor untuk menunjukkan faktor risiko peminjam. Yakni mulai dari A sampai D. Harapannya, risiko ini bisa diketahui pemberi pinjaman.
CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, semakin jelek skor kredit peminjam bunga yang dikenakan dan bunga yang didapat peminjam lebih tinggi. "Keberadaan
fintech ini untuk mencari peminjam yang berisiko dan belum tersentuh bank, jadi wajar kalau ada risiko bagi investor," ujar Reynold. Modalku juga punya tim lapangan yang bertugas menagih tunggakan dan mencari peminjam baru. Beberapa lokasi yang telah ada tim penagih dari Modalku seperti di Jakarta, Surabaya dan Bandung. Penagihan langsung dilakukan setelah tunggakan 30 hari dan denda 2%–3%. Hingga Selasa (24/7), Modalku tercatat menyalurkan pembiayaan kepada UKM sebesar Rp 1,98 triliun dengan rasio kredit bermasalah lebih 1%. Pembiayaan antara Rp 50 juta sampai Rp 2 miliar, dengan tenor hingga 24 bulan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi