Ingin merdeka dari utang? Cukup tiga langkah ini yang perlu kita ayunkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merdeka itu bebas dari utang. Memiliki kondisi keuangan yang mapan, tercukupi, dan bisa menyisihkan dana untuk berinvestasi merupakan keinginan banyak orang.

Tetapi kenyataannya tidak mudah mencapai kondisi tersebut. Gaya hidup seseorang biasanya berbanding lurus dengan penghasilan atau gaji. Semakin tinggi gaji seseorang, biasanya semakin besar pula pengeluaran. Kondisi ini kerap menjadikan arus kas seseorang atau keluarga menjadi negatif: lebih besar pengeluaran daripada pendapatan.

Tawaran promosi menarik dari penerbit kartu kredit dan bank-bank penyedia Kredit Tanpa Agunan (KTA) tampak begitu menggiurkan bagi banyak. Beragam iklan gadget terbaru seolah melambai-lambai ingin dipinang. Televisi pintar berlayar datar dengan resolusi tinggi juga kerap merangsang banyak orang untuk memiliki.


Apa boleh buat, tanpa sadar, pelan namun pasti...ehh... penghasilan saban bulan sudah tekor untuk membayar berbagai cicilan dan memenuhi kebutuhan rumah tangga ruitn. Besar pasak daripada tiang, deh.

Kalau sudah berada pada kondisi seperti itu, apa yang bisa kita lakukan untuk membalik arus kas dari negatif menjaid positif? Maaf, tak ada cara lain kecuali kita melakukan beberapa tindakan yang memerlukan kesungguhan niat dan komitmen.

Eko Endarto, perencana keuangan dari Financia Consulting, berkisah tentang klien-klien yang memiliki arus kas negatif ketika menerima advis darinya. “Reaksi mereka biasanya tidak terlalu nyaman. Wajar karena harus mengubah kebiasaan, tidak boleh drastis, mengubahnya juga bertahap,”ujar Eko. 

Pada umumnya klien yang mengalami arus kas negatif disebabkan oleh utang yang didorong gaya hidup melebihi kemampuan. Siapa, sih, yang sukarela mengubah gaya hidup pilihan?

Tapi, jika kita benar-benar ingin mewujudkan kondisi merdeka dari utang, ada tiga langkah yang bisa kita tempuh.

Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah mencatat seluruh pengeluaran secara rutin setiap bulan. Lalu, hitung berapa selisih negatif pemasukan dan pengeluaran. Angka inilah yang harus Anda upayakan menjadi nol.

Cermati setiap pos pengeluaran, pos mana saja yang bukan merupakan keperluan pokok. Terkait utang, idealnya total utang tidak boleh lebih dari 30% penghasilan kita setiap bulan.

Jika Anda masih memiliki cicilan rumah atau apartemen dan kendaraan, hitunglah kedua cicilan tersebut apakah persentasenya di bawah, sama, atau malah sudah melebihi batas 30%. Cicilan kartu kredit seharusnya juga saudah dalam ambang batas 30% penghasilan tadi. Demikian pula halnya dengan cicilan Kredit Tanpa Agunan (KTA).

Langkah kedua, secara bertahap Anda harus melunasi utang konsumtif. Utang konsumtif adalah utang yang dilakukan melalui kartu kredit dan Kredit Tanpa Agunan (KTA).

Ini bisa dilakukan dengan mengalokasikan penghasilan non-rutin seperti Tunjangan Hari Raya, bonus tahunan, maupun penghasilan sampingan. Gunakan "uang gembira" itu untuk membayar utang-utang konsumtif ini.

Jika sebelumnya kita hanya membayar angsuran kartu kredit dengan nilai pembayaran minimum, secara bertahap bisa Anda bayarkan dua atau tiga kali lipat sesuai dengan pemasukan tambahan masuk tadi. 

Langkah ketiga, mengubah gaya hidup konsumtif. Jika selama ini terbiasa membayar transaksi dengan kartu kredit, sebaiknya kita ubah pola pikir pemakaian kartu kredit. Gunakan kartu kredit hanya dalam sikon mendesak, seperti berobat di rumah sakit atau menebus obat di apotek.

Ingat, bahwa kartu kredit bukanlah uang kita,  tetapi uang bank yang harus kita kembalikan lengkap dengan bunga pinjaman yang cukup tinggi.

Saat arus kas keuangan kita masih negatif, tentu wajar jika harus bijaksana dalam membelanjakan uang. Hobi nongkrong di kafe sebaiknya ditunda. Tentu boleh saja melakukan pembicaraan bisnis di kedai kopi, kalau memang hasilnya produktif untuk menambah penghasilan keluarga.

Begitu pula jika kita termasuk tipe orang yang impulsif dalam belanja. Impulsif berarti gampang tergoda memiliki barang hanya karena mengikuti keinginan. Saat melihat tawaran diskon besar di mal atau marketplace, ingat bahwa kit sedang emnjalankan kisi mulia membenahi arus keuangan keuarga agar positif. 

Selama masih bisa kita tunda, sebaiknya tunda dulu membeli barang yang tidak urgen seperti baju, sepatu, atau tas. Lupakan dulu program-program diskon yang kerap digelar mal di bulan-bulan tertentu atau tawaran-tawaran diskon marketplace yang dipampangkan saban hari. 

Fokuskan pikiran untuk mencapai goal keuangan Anda adalah prioritas utama yakni memiliki arus kas positif. 

Tentu ada banyak tantangan dan godaan saat kita harus mengubah gaya hidup konsumtif ini. Tetapi ingatlah bahwa saat sudah memiliki arus kas keuangan positif, kita akan menikmati banyak hal positif lainnya.

Pikiran bakal lebih tenang dan bisa membuat tujuan keuangan berikutnya, seperti melakukan beberapa rencana investasi yang mungkin selama ini cuma jadi impian karena kita dalam belitan utang.

Semoga kiat di atas bisa kita terapkan dengan disiplin dan konsisten. Masa getol banget "nyinyirin" utang negara, sementara kita sendiri gali lubang tutup lubang saban bulan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana