Ingkari Perjanjian ICC, Mongolia Sambut Hangat Kedatangan Vladimir Putin



KONTAN.CO.ID - Sikap Mongolia menjadi sorotan komunitas internasioal setelah menyambut baik kedatangan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada hari Selasa (3/9). Padahal, Mongolia jadi salah satu negara yang berkomitmen untuk menangkap Putin atas dasar kejahatan perang.

Putin disambut dengan gelaran karpet merah saat dirinya keluar dari limusinnya di ibu kota Mongolia, Ulan Bator. Dirinya langsung disambut hangat oleh sejawatnya, Presiden Ukhnaagiin Khurelsukh. 

Sambutan hangat itu bertolak belakang dengan komitmen Mongolia untuk mengadili Putin sebagai penjahat perang.


Kementerian Luar Negeri Ukraina langsung mengecam aksi hangat Mongolia, menganggapnya telah merendahkan keputusan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Baca Juga: Vladimir Putin Undang Presiden Mongolia untuk Hadiri KTT BRICS Bulan Depan

"Mongolia telah membiarkan seorang tersangka kriminal menghindari keadilan, sehingga ikut bertanggung jawab atas kejahatan perang tersebut," kata juru bicara kementerian, Heorhiy Tykhyi, dikutip Reuters.

Komitmen Menangkap Putin

Tahun lalu, ICC mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Putin. Perintah itu bersifat wajib bagi 124 negara anggota, termasuk Mongolia.

Dalam surat itu, seluruh negara diwajibkan untuk menangkap Putin dan memindahkannya ke Den Haag untuk diadili jika ia menginjakkan kaki di wilayah mereka.

Mongolia memang memiliki kepentingan khusus dengan Rusia. Negara ini dilintasi jalur pipa besar yang akan dibangun Rusia untuk mengalirkan 50 miliar meter kubik gas alam per tahun dari wilayah Yamal ke China.

Baca Juga: Sejumlah Menteri Ukraina Kompak Mengundurkan Diri, Ada Apa?

Presiden Khurelsukh mengatakan, dirinya berharap kunjungan ini akan meningkatkan perdagangan bilateral dan kerja sama ekonomi.

"Hubungan dengan Mongolia merupakan salah satu prioritas kebijakan luar negeri kami di Asia. Mereka telah dibawa ke tingkat kemitraan strategis komprehensif yang tinggi," kata Khurelsukh.

Proyek pipa gas alam dengan tajuk Power of Siberia 2 adalah bagian dari strategi Rusia untuk mengkompensasi hilangnya sebagian besar penjualan gasnya di Eropa sejak dimulainya perang Ukraina.